Harianjogja.com, SLEMAN—Kabupaten Sleman kekurangan ratusan guru berstatus Pegawai Negeri Sipil (PNS). Meski sudah dilakukan pengangkatan CPNS melalui tenaga honorer kategori dua (K2) dan seleksi jalur umum tahun ini, kekurangan guru masih terjadi pada jenjang SD, SMP, maupun SMA/SMK.
Kepala Dinas Pendidikan, Pemuda, dan Olahraga (Disdikpora) Kabupaten Sleman, Arif Haryono mengungkapkan, kekurangan terbesar masih berada pada jenjang sekolah dasar (SD).
Promosi 3 Tahun Holding UMi BRI, Layani 176 Juta Nasabah Simpanan dan 36,1 Juta Debitur
“Kemarin total ada 518 guru dan puluhan lagi pada jenjang SMP dan SMA ,” kata Arif saat ditemui di Kantor Regional I Badan Kepegawaian Negara (BKN) Jogja, Kamis (2/10/2014).
Arif mengakui, pihaknya masih mengandalkan guru honorer untuk mengatasi kekurangan tersebut.
“Masih ada guru honorer dari yang kemarin belum lolos seleksi CPNS K2,” ujarnya kemudian.
Terpisah, Kepala Bidang Pengembangan Pendidikan dan tenaga Kependidikan Disdikpora Sleman, Sri Wantini menambahkan kekurangan guru pada jenjang SMP mencapai 85 orang. Sedangkan jenjang SMA/SMK kekurangan 34 orang.
“Kekurangan paling banyak di mata pelajaran Bahasa Indonesia untuk SMP, mencapai 26 guru. Guru pendidikan jasmani dan kesehatan [Penjaskes] SMP juga masih kurang 24 orang,” kata Sri memaparkan.
Kondisi tersebut, lanjut Sri, masih bisa diatasi dengan memberdayakan guru honorer. Namun, dia pun tidak mengelak jika masih ada beberapa sekolah yang tetap kekurangan.
“Sebagian sudah dapat ditanggulangi guru honorer, tapi ada beberapa sekolah yang memang masih kekurangan,” ucapnya.
Sebanyak 343 orang dari honorer Kategori II (K2) yang lolos seleksi CPNS dan telah menerima Surat Keputusan (SK) CPNS pada Selasa (30/9/2014) lalu, dinilai Arif belum menyelesaikan masalah kekurangan guru. Begitu pula dengan dibukanya 37 formasi guru kelas yang saat ini diperebutkan melalui seleksi CPNS Sleman 2014.
Arif tidak mengetahui secara rinci berapa sisa kekurangannya setelah ada penambahan dari pengangkatan guru honorer K2 dan seleksi CPNS 2014.
“Tapi itu memang akan mengurangi, hanya tetap masih kurang. Jadi kami masih mengandalkan honorer,” kata Arif.
Ketika dimintai informasi terkait rincian data penambahan guru melalui pengangkatan guru honorer K2, Sri Wantini mengaku lupa dan tidak bisa memberikan jawaban.