Kekeringan Gunungkidul sebenarnya tak harus terjadi. Karena daerah ini memiliki cadangan air melimpah.
Harianjogja.com, GUNUNGKIDUL-Pengelola Sistem Penyediaan Air Bersi Desa (Spamdes) di Desa Banyusoco, Kecamatan Playen, Damanhuri, mengakui Gunungkidul sebenarnya memiliki cadangan air yang melimpah meski secara geografis antara wilayah selatan dan utara memiliki karakteristik penyimpanan air yang berbeda.
Promosi Agen BRILink Mariyati, Pahlawan Inklusi Keuangan dari Pulau Lae-lae Makassar
Air di wilayah pesisir sulit ditemukan karena potensi air banyak terdapat di gua-gua. Di wilayah utara, air sangat banyak karena sumbernya mudah ditemukan. Awalnya, Damanhuri mengaku tidak mengetahui masalah air. Keberhasilan mengelola air desa membuat dirinya sering diminta bantuan untuk mencari sumber-sumber air di wilayah pesisir. Cuma butuh biaya besar untuk bisa memanfaatkan sumber-sumber air itu. Damanhuri menyebutkan di sepanjang aliran Oya banyak ditemukan sumber tetapi semua airnya masih langsung ke sungai. “Untuk memanfaatkan butuh biaya ekstra,” tuturnya.
Data Balai Besar Wilayah Sungai Serayu Opak menyebutkan Gunungkidul memiliki potensi air di tujuh sungai bawah tanah yang debit airnya melimpah. Sungai-sungai itu antara lain Baron, Bribin, Grubug, Ngobaran dan Seropan. Dari jumlah itu, baru empat sungai yang dimanfaatkan, yakni Baron, Bribin, Ngobaran dan Seropan, meski belum maksimal pelaksanaannya.
Direktur Perusahaan Daerah Air Minum Tirta Handayani Isnawan Fibriyanto menjelaskan ada tiga sumber mata air dengan jumlah debit cukup baik yakni, sungai bawah tanah Baron, Seropan dan Bribin. Soal kendala memaksimalkan sumber air di Gunungkidul yang melimpah itu, Isnawan memaparkan adanya kenaikan tarif dasar listrik, biaya pemasangan pipa sambungan baru serta perbaikan-perbaikan. Semua itu membutuhkan biaya besar dan waktu panjang.