by Abdul Jalil - Espos.id Regional - Sabtu, 17 April 2021 - 09:00 WIB
Esposin, MADIUN -- Petani di Kabupaten Madiun, Jawa Timur, ramai-ramai menanam tanaman porang atau yang memiliki nama latin Amorphophallus Muelleri itu. Di wilayah itu, setidaknya ada lebih dari seribu hektare lahan telah ditanami porang.
Namun, yang menjadi perhatian saat ini adalah penggunaan pupuk kimia dalam pengembangan tanaman porang, termasuk di Madiun. Pasalnya, penggunaan pupuk kimia dinilai akan merusak kualitas tanaman porang.
Ketua Yayasan Masyarakat Porang Indonesia (YMPI) Jumanto mengatakan saat ini yang perlu menjadi perhatian adalah penggunaan pupuk kimia untuk tanaman porang.
Baca juga: Wuiih... Hasil Panen Porang Ditawar Rp825 Juta, Tapi Ditolak Petani Madiun
Baca juga: Wuiih... Hasil Panen Porang Ditawar Rp825 Juta, Tapi Ditolak Petani Madiun
Penggunaan pupuk kimia itu sangat tidak dianjurkan diberikan ke tanaman porang karena justru akan merusak tanaman dan tanah.
“Porang ini kan identik dengan makanan sehat. Kalau pakai pupuk kimia ditakutkan porang tidak laku di luar negeri. Padahal di dalam negeri porang ini belum diproduksi secara maksimal. Tentunya porang ini akan turun harganya,” jelas dia, Jumat (16/4/2021).
Dia menjelaskan YMPI ini merupakan salah satu lembaga yang dalam dua tahun terakhir mendampingi para petani dalam mengembangkan porang. Tidak hanya memberikan pelatihan terkait pengembangan porang, pihaknya juga mengkampanyekan penggunaan pupuk organik untuk tanaman porang.
Petani porang yang didampingi YMPI di Kabupaten Madiun mencapai 3.500 orang. Ribuan petani porang ini tersebar di sepuluh desa di Kecamatan Saradan, Dagangan, Dolopo, Gemarang, dan Kecamatan Kare.
Jumanto menceritakan ada sejumlah petani yang masih menggunakan pupuk kimia dengan kadar cukup tinggi. Dengan pemahaman yang minim terhadap penggunaan pupuk kimia ini, tentu nasib porang diprediksi hanya akan bertahan dua hingga tiga tahun saja.
“Ya kalau penggunaan pupuk kimia sangat tinggi, tentu dalam waktu dua hingga tahun, kualitas porang akan rusak,” jelas dia.
Baca juga: Prospek Cerah Budi Daya Porang
Selain penggunaan pupuk kimia, lanjut Jumanto, dirinya juga kerap menemui petani yang salah dalam memanen katak dari tanaman porang. Seperti petani memanen katak saat belum waktunya.
“Belum waktunya panen tapi sudah dipanen. Semisal, saat ada katak di tanaman porang belum waktunya ripah [ambruk], tapi oleh petani diambil paksa. Padahal seharusnya kataknya harus jatuh sendiri. Ini berpengaruh pada kualitas katak itu. Siapa yang rugi? Ya pembeli kataknya,” terang dia.
Baca juga: Pengin Ikut Bertani Porang, Segini Nih Modal Awalnya
Pihaknya saat ini juga sedang mendampingi para petani porang untuk mengajukan sertifikasi porang varietas Madiun 1. Dia mengklaim ada sekitar 2.070 hektare lahan yang siap untuk menjalani sertifikasi.
Kepala Desa Durenan, Kecamatan Gemarang, Purnomo, mengatakan saat ini yang perlu dilakukan para petani porang adalah menjaga kualitasnya. Salah satunya dengan tidak menggunakan pupuk kimia.
Menurutnya, penggunaan pupuk kimia bisa merusak tanaman porang.
“Kami selalu mensosialisasikan kepada petani porang supaya menggunakan pupuk organik,” ujar dia.