by Ujang Hasanudin Jibi Harian Jogja - Espos.id Jogja - Sabtu, 9 Desember 2017 - 11:20 WIB
Harianregional.com, JOGJA-Direktur Jenderal Industri Kecil dan Menengah, Kementerian Perindustrian RI, Gati Wibawaningsih menyatakan prospek industri logam kedepannya sangat menjanjikan, bahkan untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri saja belum mampu memenuhinya.
"Untuk kebutuhan kebutuhan perdesaan dan alat pertanian saja banyak mengandalkan dari hasil olahan logam," kata Gati Wibawaningsih, saat membuka seminar pemberdayaan dan kemandirian pengusaha bidang logam menuju Indonesia berkemajuan di Balai Kota Jogja, Jumat (8/12/2017).
Seminar tersebut digelar dalam rangka peringatan sewindu Unit Pelaksana Teknis (UPT) Logam, Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) Kota Jogja. Selain, Gati Wibawaningsih, pembicara seminar juga ada Heru Sugiantoro dari PT.Triangle Motorindo (Viar), dan Ketua Koperasi Umbul Jaya Jogja Bambang Cahyana.
Gati mengatakan Kementrian Perindustrian sudah berkoordinasi dengan Kementrian Pertanian dan Kementrian Desa dan Pembangunan Daerah Tertinggal, untuk pemanfaatan alat pertanian hasil dari produk IKM logam. Meski pasar hasil produksi IKM Logam sudah jelas, namun Gati meminta semua IKM untuk tetap menjaga kualitas mutunya.
Lebih lanjut Gati memaparkan sektor industri non migas yang tumbuh tinggi selama triwulan III tahun ini adalah industri logam dasar 10,6%, industri transportasi 5,63%, industri makanan dan minuman 9,49% dan industri mesin 6,35%.
Kementrian Perindustrian juga melakukan penguatan peran IKM dalam rantai pasok industri dengan memfasilitasi kemitraan IKM dengan industri besar. "Penguatan peran IKM IKM rantai pasik industri dilakukan agar terdapat kerjasama yang saling menguntungkan antara IKM dan industri besar sehinga industri lebih berdaya saing dan memiliki akses pasar yang lebih luas," kata Gati.
Kepala UPT Logam, M.Agus Maryanto mengatakan IKM logam di Jogja terus bergairah. Sebelum adanya UPT Logam, IKM kurang tertata baik dari kedisiplinan kerja, hanya rutinitas, masalah pasar, hingga soal gaji. Pihaknya terus melakukan upaya pengembangan dari sisi skil hingga bantuan peralatan.
Saat ini IKM aluminium produksinya tidak hanya sebatas peralatan rumah tangga, namun juga alat kesehatan, elektronik, dan berbagai jenis spare part kendaraan, seperti velg dan pembungkus mesin. Dalam waktu dekat IKM Jogja akan memasok velg motor listrik nasional yang diproduksi PT. Wika. "Sudah ada perjanjian dengan PT.Wika," kata Agus.
Untuk memenuhi permintaan dalam jumlah besar, pihaknya sudah menginvestasikan Rp6,5 miliar pengadaan mesin injeksi high pressure die casting yang bisa memproduksi velg dalam jumlah besar, mencapai 1,500 unit per hari dari sebelumnya dengan teknik grafity sekitar 200 unit per hari.
Selain itu juga sudah ada permintaan produk cover blok sebelah kiri dari PT. Triangle Motorindo, perusahaan produksi Viar. "Kita masih upayakan untuk alat cetaknya karena lumayan mahal, satunya bisa sampai Rp500 jutaan," kata Agus.
Dengan berkembangnya IKM perlogaman khususnya alumunium, pihaknya berani menargetkan pendapatan sebesar Rp1 miliar pada tahun 2018 mendatang. Meningkat dari tahun ini yang hanya Rp450 juta dari hasil retribusi operasional mesin pencetak yang digunakan IKM.
Kendati, IKM perlogaman mulai bergairah, IKM masih terkendala beberapa hal, salah satunya perizinan. Karena sejauh ini industri perlogaman di Jogja masih terpusat di dalam pemukiman, dan belum memiliki zona khusus industri.