Kawasan rawan bencana 2010 masih membutuhkan bantuan.
Harianjogja.com, SLEMAN-Warga terdampak erupsi Gunung Merapi 2010 masih butuh pemulihan, terutama di bidang ekonomi. Dulu warga dapat memanfatkan lahan pekarangan untuk ditanami aneka tumbuhan yang bernilai jual, kini pemanfaatannya tidak bisa maksimal.
Promosi UMKM Binaan BRI, Minimizu Bawa Keunikan Dekorasi Alam ke Pameran Kriyanusa 2024
Seperti diungkapkan Rukini, warga Dusun Manggong, Desa Kepuharjo, Cangkringan, paska-erupsi ia kehilangan tanaman yang tumbuh di perkebunannya.
"Dulu apapun bisa dimanfaatkan. Kita punya kebun subur yang ditumbuhi pohon alpukat, cengkeh, kopi, durian, cengkir yang bisa digunakan untuk kebutuhan sehari-hari," kata Rukini saat menjadi pembicara dalam Workshop Penghidupan Masyarakat Huntap Relokasi 5 Tahun Pasca Erupsi Merapi di Sambi Resort Pakem, Selasa (24/11/2015).
Sementara saat ini, tanaman bantuan pemerintah seperti pisang dan nangka yang ditanam di lahan bekas sapuan awan panas, banyak yang mati karena kemarau panjang. Dulu setiap minggunya ia mampu memanen empat tandan tapi sekarang tidak bisa lagi. Mayoritas pohon pisang mati karena kekurangan air. Akibatnya, untuk bertahan hidup di hunian tetap (huntap) yang tanah pekarangannya terbatas, warga harus berjualan untuk menopang kebutuhan hariannya.
Hal yang sama juga diungkapkan Darsadi, warga Dusun Ngepringan, Desa Wukirsari. Sebelum erupsi dan sebelum tinggal di Huntap Pagerjurang, ia bekerja sebagai peternak sapi. Namun saat ini ia hanya bekerja sebagai pedagang kecil-kecilan di pasar yang sesekali menerima jasa tambal ban. "Di huntap, kalau mau ternak susah. Harus punya modal besar," ungkapnya.