Esposin, SURABAYA – Untuk pertama kalinya, Hari Juang Polri diperingati di Monumen Perjuangan Polri, Kota Surabaya, Jawa Timur, Rabu (21/8/2024). Hari Juang Polri ini diperingati berdasarkan penelitian yang dilakukan selama 14 tahun oleh Komjen Pol Purnawirawan Arif Wachyunadi.
Kepala Pusat Sejarah Polri Brigjen Pol Hari Nugroho dalam acara itu membacakan sejarah terbentuknya Hari Juang Polri. Penetapan Hari Juang Polri merujuk pada peristiwa 21 Agustus 1945.
Promosi UMKM Binaan BRI, Minimizu Bawa Keunikan Dekorasi Alam ke Pameran Kriyanusa 2024
Saat itu, terjadi peristiwa Proklamasi Polisi Republik Indonesia yang dilakukan oleh Polisi Istimewa (sebelumnya bernama Tokubetsu Keisatsutai) di bawah pimpinan Inspektur Polisi Kelas I Moehammad Jasin di Surabaya.
"Setelah Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia yang dikumandangkan pada 17 Agustus 1945, Menteri Negeri Otto Iskandar Dinata menetapkan status polisi segera dimasukkan ke dalam kekuasaan pemerintah," ucapnya.
Menyikapi hal tersebut, lanjutnya, M Jasin sebagai Komandan Polisi Istimewa Surabaya mengadakan rapat bersama anggota dan membahas kedudukan polisi pascaproklamasi. Setelah itu, disepakati pernyataan sikap kesetiaannya kepada Negara Kesatuan Republik Indonesia dengan menyusun teks Proklamasi Polisi.
Selanjutnya, di bawah kibaran bendera Merah Putih, sekitar 250 orang anggota Kesatuan Polisi Istimewa berkumpul di halaman Markas Polisi Istimewa di Surabaya dan M Jasin membacakan teks Proklamasi Polisi.
"Peristiwa itu menjadi momentum dimana seluruh polisi di Indonesia bersatu dengan nama Polisi Republik Indonesia," katanya yang dikutip dari Antara.
Hari menjelaskan peristiwa terbentuknya Hari Juang Polri telah diteliti selama 14 tahun oleh Komjen Pol Purnawirawan Arif Wachyunadi. Kemudian ini disahkan melalui keputusan Kapolri pada 22 Januari 2024.
"Kami intens mulai 2023 menggelar Focus Group Discussion [FGD] membahas Hari Juang Polri, yang pada akhirnya mendasari untuk pertama kalinya peristiwa ini diperingati pada tahun ini juga. Alhamdulillah terbit Keputusan Kapolri tentang Hari Juang Polri pada 22 Januari 2024," kata Hari.
Menurutnya, sejarah terbentuknya Polri memang semestinya harus diangkat untuk menunjukkan kepada penerus bangsa tentang perjuangan para anggota polisi dalam memperjuangkan kemerdekaan Republik Indonesia.
"Dari kolosal tadi akhirnya kita semua tahu bagaimana perjuangan polisi untuk mempertahankan kemerdekaan Republik Indonesia di Surabaya," ucapnya.
Selain itu, dalam peristiwa tersebut sesuai literatur buku juga dapat diambil pesan bahwa Inspektur Polisi Moehamad Jasin merupakan sosok yang humanis, pemberani dan taat beragama.
"Beliau orang yang humanis. Kalau dilihat di cerita, di beberapa buku literatur, beliau juga mengamankan orang Belanda pada saat kejadian peperangan tahun itu, kemudian beliau juga sosok yang pemberani. Dari segi agama juga beliau adalah orang yang taat beragama," ujarnya.
Dari situ, pada 21 Agustus 1945 juga merupakan awal mula dimana seluruh polisi di Indonesia bersatu untuk melawan penjajah dan membantu memperjuangkan kemerdekaan Indonesia.
"Tentu lewat Inspektur Polisi Moehamad Jasin pada 21 Agustus 1945 menjadi starting point ataupun butterfly effect perjuangan Pori berikutnya, yaitu tadi yang saya bacakan di upacara tadi secara singkat, bahwa mulai ada perlawanan berupa pelucutan senjata, kemudian membagi bagian senjata, mengirim senjata ke wilayah lain untuk membantu perjuangan," ujarnya.
Tari Kolosal
Setelah pembacaan teks Proklamasi Polri, kegiatan yang dipusatkan di Monumen Perjuangan Polri itu dilanjutkan dengan pagelaran tari kolosal oleh puluhan penari dari Surabaya.
Selain itu, juga menampilkan drama kolosal rekonstruksi peristiwa pengibaran bendera Merah Putih yang dilakukan oleh Laskar Rakyat beserta anggota Kesatuan Polisi Istimewa di bawah pimpinan Inspektur Polisi Kelas I Moehammad Jasin.
Dalam rekonstruksi peristiwa tersebut, Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo di dampingi oleh jajaran Polri beserta purnawirawan Polri yang duduk di bangku VIP dan melihat dengan seksama.
Tidak hanya rekonstruksi peristiwa pembacaan teks Proklamasi Polri. Namun kegiatan tersebut juga digelar rekonstruksi peristiwa perobekan bendera warna biru yang terjadi di Hotel Yamato atau yang kini dikenal dengan Hotel Majapahit.
Tak lupa, lagu ciptaan seniman asal Surabaya, Gombloh, berjudul Berkibarlah Bendera Negeriku menggema di Jalan Polisi Istimewa Surabaya dan dilanjutkan berkumandangnya suara Bung Tomo saat terjadinya pertempuran 10 November 1945.
Drama kolosal yang melibatkan puluhan masyarakat dan anggota polisi tersebut ditutup dengan gugurnya para pejuang Indonesia yang terus mempertahankan kemerdekaan Republik Indonesia di Surabaya.
Sementara itu, Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo menjadi Inspektur upacara sekaligus membacakan teks Proklamasi Polisi.
"Proklamasi Polisi. Untuk bersatu dengan rakyat dalam perjuangan mempertahankan Proklamasi 17 Agustus 1945, dengan ini menyatakan polisi sebagai Polisi Republik Indonesia. Surabaya, 21 Agustus 1945. Atas nama seluruh warga polisi, Moehamad Jasin, Inspektur Polisi Kelas I," kata Kapolri.
Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo mengesahkan Hari Juang Polri melalui Keputusan Kapolri Nomor 95/I/2024 tentang Hari Juang Polri tanggal 22 Januari 2024 dan Keputusan Kapolri Nomor: KEP/1325/VII/2024 tanggal 12 Agustus 204 tentang Tata Upacara Hari Juang Polri.