Harianjogja.com, KULONPROGO—Kakao merupakan salah satu komoditas perkebunan unggulan yang dimiliki Kulonprogo. Namun sayangnya, kualitas biji kakao Menoreh terus menurun hingga tak layak jual.
Promosi Berbagai Program BRI untuk Mendukung Net Zero Emission di 2050
Riswanto, salah satu pengepul kakao di Kulonprogo mengatakan, dalam kurun waktu lima tahun terakhir kakao Menoreh terus mengalami penurunan produksi. Bahkan, kini komoditas itu sudah sulit ditemukan dengan kondisi layak.
"Kakao di Kulonprogo sudah tidak banyak. Saya malah banyak mendapatkan dari Salaman Magelang dan Purworejo," ujar Riswanto, Selasa (23/12).
Tak hanya sulitnya barang, harga kakao pun kian jatuh apalagi di musim penghujan ini. Dia menambahkan, mutu kakao di musim penghujan ini kadar jamur semakin tinggi. Harganya kini dipatok antara Rp22.000 sampai Rp25.000 per kilogram (kg).
"Kalau mau cari barang [kakao] kualitas superior sekarang sudah tidak ada. Di sini kakao batangnya atau lahannya sudah mulai dirombak. Banyak warga di pegunungan justru mulai menanam Sengon Laut yang dinilai lebih menguntungkan," imbuh Riswanto.
Lebih lanjut Riswanto mengatakan, banyaknya petani kakao yang beralih menanam Sengon Laut membuat produksi kakao turun drastis. Selama lima tahun terakhir ini, dalam seminggu dia hanya mampu mengumpulkan kakao hingga lima ton saja.
Padahal, dulu saat masih baik kualitas dan produksinya, dalam seminggu bisa mendapatkan sepuluh ton biji kakao siap jual.
"Itupun saya dapatnya dari petani ternyata sudah dari luar Kulonprogo juga. Padahal, kalau kualitas barangnya baik, dalam satu ons terdapat setidaknya sepuluh biji. Harganya bisa sampai Rp28.000 per kg," jelas Riswanto.