by Holy Kartika N.s Jibi Harian Jogja - Espos.id Jogja - Senin, 15 Mei 2017 - 16:20 WIB
Harianregional.com, JOGJA-Rencana penurunan tingkat suku bunga kredit usaha rakyat (KUR) dari 9% menjadi 7% memberi kecemasan terhadap industri perbankan mikro seperti Bank Perkrediatan Rakyat. Kendati demikian, Bank Indonesia menilai dengan penurunan suku bunga KUR akan berdampak pada pertumbuhan UMKM.
"Jangan dilihat kebijakan itu akan memengaruhi persaingan. Justru dengan penurunan suku bunga ini orang atau nasabah yang memanfaatkan akan semakin banyak," ujar Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia (KPw BI) DIY, Budi Hanoto kepada Harianregional.com pekan lalu.
Budi mengatakan Loan to Deposit Rasio (LDR) bank umum atau bank BUMN masih di bawah 70%. Sehingga masih ada ruang untuk bank umum dalam menyalurkan kredit mikro ini kepada masyarakat. Melalui kebijakan penurunan suku bunga tersebut, bank umum ini dapat menggenjot penyaluran kredit menjadi lebih baik.
Terkait adanya migrasi nasabah sebagai dampak penerapan kebijakan tersebut, Budi justru menilai nasabah kredit mikro diharapkan akan tumbuh. "Harapan kami, pangsa pasar UMKM jadi lebih banyak dan luas dengan adanya penurunan suku bunga dari sembilan persen menjadi tujuh persen ini," jelas Budi.
Penyaluran kredit hingga Februari lalu, kata Budi, pertumbuhan di wilayah DIY menampilkan grafik yang cukup baik. Budi mengungkapkan sampai dengan Februari 2017, pertmbuhan kredit perbankan DIY terus meningkat.
Budi mengungkapkan pertumbuhan penyaluran kredit UMKM pada 2016 lalu tercapai Rp13 triliun yakni sekitar 45% dari seluruh total penyaluran kredit perbankan di DIY. Tahun ini ditargetkan pertumbuhan penyaluran kredit secara keseluruhan dapat tumbuh 9% sampai 11%.
"Kami berharap dengan adanya kebijakan penurunan suku bunga KUR tersebut, akan dapat mendorong pertumbuhan kredit UMKM DIY, sehingga akan banyak usaha kecil nantinya yang dapat berkembang," jelas Budi.