Harianjogja.com, KULONPROGO- Warga Dusun Klebakan, Desa Salamrejo, Kecamatan Sentolo Kulonprogo merayakan pergantian tahun baru Jawa pada 1 Suro dengan jamasan kitab kuno yang terbuat dari daun lontar, Sabtu (25/10/2014) pagi.
Kitab yang usianya mencapai ratusan tahun tersebut dilestarikan sebagai peninggalan nenek moyang.
Promosi Berbagai Program BRI untuk Mendukung Net Zero Emission di 2050
Kitab Daun Lontar merupakan satu-satunya kitab di Kulonprogo yang berasal dari zaman kerajaan Mataram. Saat ini kitab berukuran panjang 40 sentimeter dan lebar lima sentimeter tersebut dimiliki Mangun Mukirah, warga Klebakan.
Menurut sejarahnya, kitab daun lontar dimiliki Kyai Jlegong Kethok, abdi dalem Keraton Mataram. Kyai Jlegong Lethok yang meninggal dengan cara dipisahkan badan dan kepala mewariskan hartanya untuk sang adik Panji Darmo Gathi, yang merupakan leluhur Mangun Mukirah. Salah satu warisannya adalah kitab daun lontar.
Naskah kitab itu dikenal dengan Jamas Kalimat Sahadat yang berisi petujuk jalan kehidupan menuju kejujuran. Cara membacanya dengan menyanyikan atau kidung.
Jamasan kitab daun lontar dilakukan warga secara bergantian dimulai dengan makan bubur jenang sumsum. Kemudian, tokoh agama membacakan doa sembari mengeluarkan kitab yang terbungkus kain putih dari kotak kayu sambil dijamas atau diusap dengan minyak kasturi. Jamasan ini memakan waktu hingga dua jam dan setelah itu kitab dikembalikan ke kotaknya.
Mugiharjo, pewaris kitab daun lontar keturunan mengatakan, kitab tidak diperkenankan keluar rumah Mangun Mukirah sesuai dengan wasiat kakek moyang turun temurun. "Kitab ini hanya dikeluarkan setahun sekali setiap 1 Muharram dan tidak keluar dari rumah," ujarnya.
Ditambahkan Mugiharjo, isi kitab dianggap oleh orangtuanya, akan tetapi untuk menghindari anggapan musrik, ia pun membuka peluang kepada siapa saja yang mau menjamas. "Tujuannya untuk menyambung tali silaturahmi dan melestarikan tradisi," tandasnya.