Esposin, JOGJA – Kraton Ngayogyakarta Hadiningrat atau Kraton Jogja berpartisipasi dalam International Mask Festival 2021. Dalam festival daring yang bermarkas di Solo ini, Kraton Jogja tampilkan karya tarian terbaru.
Kanjeng Pangeran Haryo (KPH) Notonegoro, berterima kasih dan bahagia bisa bergabung dalam IMF 2021. “Kami berterima kasih dan sangat berbahagia, karena kami tahun ini dapat berpartisipasi dalam International Mask Festival. Pada festival kali ini, kami akan menampilkan karya terbaru kami berjudul Lurugan Bala Raseksi. Semoga karya ini bisa ikut memperkaya keramaian dan keindahan IMF tahun ini,” kata KPH Notonegoro yang juga Penghageng Kawedanan Hageng Punakawan Kridho Mardowo Kraton Jogja, sebelum pementasan dimulai, Jumat (11/6/2021).
Promosi Berkat Pemberdayaan BRI, UMKM Ini Optimalkan Produk Bambu hingga Mancanegara
Lurugan Bala Raseksi merupakan karya yang tercipta di era Sri Sultan HB X. Tarian ini bercerita tentang seorang Ratu Sukmengkara dari Kerajaan Parangwiduri. Suatu hari, Ratu Sukmengkara sedang duduk di istananya. Berbalut busana yang indah, suasana sekitarnya terlihat hening dan damai. Hening, dalam beberapa keadaan merupakan sebuah kekuatan.
Baca Juga: Begini DIY Tumbuhkan Ekonomi di Atas 7%
“Aku sang Ratu Sukmengkara, sang penguasa Negeri Parangwiduri. Patih Surawati, gerakkan para prajurit Parangwiduri ke Negeri Ngastina, sekarang juga,” kata narator menirukan ucapan Ratu Sukmengkara.
“Baik yang mulia, para prajurit raksasa, atas perintah kakang Mbok Sukmengkara, mari berangkat ke Negeri Ngastina. Tanda keberangkatan kita, bunyi bendhe pertama berkumpul, bunyi kedua bersiap, bunyi ketiga berangkat,” kata narator, jawaban dari Patih Surawati.
Daring
IMF 2021 berlangsung secara daring 11-12 Juni 2021 dari pukul 14.00-22.00 WIB. Adapun acara luring berada di Rumah Kebudayaan nDalem Purwohamijayan, Solo. Peserta IMF berasal dari berbagai negara.Baca Juga: Siap Dukung Program Work From Jogja, Bantul Pamer Jumlah Homestay
Dari Sabang sampai Merauke topeng ada dan menjadi bagian penting dari tradisi seni budaya masyarakat. Topeng juga menyampaikan nilai luluhur bagi masyarakat etnis nusantara serta nilai kearifan lokal yang kemudian menjadi karakter bangsa Indonesia.
“Betapa dahsyat ketika masyarakat mendukung topeng dipersatukan dalam semangat kebersaman, sebagaimana kebinekaan suku bangsa menjadi indah dalam kebersamaan. Maka inilah maksud dalam pembentukan IMO, bahwa IMO wadah bersatunya masyarakat pendukung topeng yang ada di seluruh nusantara. IMO menjadi sarana silaturahmi yang ada di seluruh nusantara,” kata Irawati.
https://www.youtube.com/watch?v=twH_daM4Ti0&ab_channel=SIPAFESTIVALSIPAFESTIVAL