Semarangpos.com, SEMARANG — Selama bulan Februari 2016, perekonomian Jawa Tengah (Jateng) mengalami deflasi atau penurunan harga sebesar 0,24% dengan indeks harga konsumen (IHK) sebesar 122,12.
Promosi Lestarikan Warisan Nusantara, BRI Dukung Event Jelajah Kuliner Indonesia 2024
Kondisi ini, menurut Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Jateng Margo Yuwono, lebih rendah dibandingkan bulan Januari 2016 yang mengalami inflasi sebesar 0,48% dengan IHK sebesar 122,42. “Deflasi terjadi di enam kota survei biaya hidup [SBH] di Jateng. Paling tinggi di Kota Semarang sebesar 0,30% dengan IHK sebesar 121,88,” katanya di Semarang, Rabu (2/3/2016).
Setelah Kota Semarang, Purwokerto menyusul dengan mencatatkan deflasi sebesar 0,29% dengan IHK sebesar 120,65, Kudus sebesar 0,23% dengan IHK sebesar 128,50, Tegal sebesar 0,21 % dengan IHK sebesar 119,75, Cilacap sebesar 0,11% dengan IHK sebesar 125,18, dan Kota Solo sebesar 0,11% dengan IHK sebesar 120,32.
Penyebab deflasi, menurut Margo Yuwono karena terjadinya penurunan indeks pada kelompok bahan makanan sebesar 1.06%, kelompok perumahan air, listrik, gas, dan bahan bakar sebesar 0,45%, serta kelompok transportasi, komunikasi, dan jasa keuangan sebesar 0,06%. ”Komoditas yang memberikan sumbangan terbesar terjadinya deflasi adalah tarif listrik, bawang merah, daging ayam ras, telur ayam ras, dan cabai rawit,” ujarnya.
Berdasarkan data BPS Jateng penyebab deflasi di Kota Semarang karena turunnya harga tarif listrik, bawang merah, daging ayam ras, telur ayam ras, dan bensin. Sedangkan penyebab terjadi deflasi di Solo karen penurunan harga tarif listrik, bawang merah, telur ayam ras, cabai rawit, dan jeruk.
KLIK dan LIKE di sini untuk lebih banyak berita Semarang Raya