Kanalsemarang.com, PEKALONGAN-Nilai ekspor kerajinan batik dan alat tenun bukan mesin (ATBM) Kota Pekalongan, Jawa Tengah, kini turun sekitar 20 persen karena sejumlah faktor.
"Saat ini, nilai ekspor justru sedang lesu bahkan turun sekitar 20 persen karena pengaruh melemahnya nilai rupiah terhadap dolar Amerika Serikat dan sejumlah faktor lainnya," kata Wakil Ketua Asosiasi Eksportir dan Produsen Handicraft Indonesia Kota Pekalongan, Arif Wicaksono, di Pekalongan, Rabu (2/9/2015)
Menurut dia, seharusnya dengan kondisi ekonomi yang terjadi sekarang ini relatif menguntungkan terhadap para pelaku ekonomi kreatif karena kurs dolar Amerika Serikat terus menguat.
"Seharusnya momen kenaikan kurs dolar AS akan menguntungkan pelaku ekonomi kreatif jika jumlah produk ekspor meningkat. Hanya saja yang dialami saat ini, nilai ekspor justru sedang lesu sehingga kondisi ini tidak menguntungkan pelaku ekonomi kreatif," katanya.
Ia mengatakan melemahnya nilai rupiah terhadap kurs dolar AS dan kondisi politik yang terjadi pada negara tujuan ekspor berpengaruh terhadap perkembangan usaha ekonomi kreatif.
Produk kerajinan, seperti sarung batik, daster, dan kerajinan terbuat dari akar wangi, kata dia, hampir setahun ini menurun mengakibatkan beberapa produk turun nilai ekspornya.
"Adapun, sejumlah negara tujuan ekspor produk kerajinan ini, antara lain beberapa negara di Afrika, Timur Tengah, dan Asia Tenggara," katanya.