Harianjogja.com, JOGJA—Pondok Pesantren Sunan Kalijaga Gesikan, Bantul akan menggelar diskusi atau halaqah sebagai bagian dari perayaan Hari Santri Nasional, di Griya Harian Jogja, Kamis (27/10/2016).
Promosi Lestarikan Warisan Nusantara, BRI Dukung Event Jelajah Kuliner Indonesia 2024
Mengangkat tajuk Resolusi Konflik dan Intoleransi di Yogyakarta: Ikhtiar Meneguhkan Damai dalam Kebhinekaan, diskusi yang bersifat terbatas ini digelar sebagai bentuk keprihatinan munculnya tindak kekerasan yang didasari sikap intoleransi di wilayah DIY.
“Munculnya tindak kekerasan, penyerangan, perusakan, siar kebencian terhadap kelompok berbeda, halangan pendirian rumah ibadah dan berbagai bentuk intoleransi terus terjadi di DIY, jelas melanggar hukum dan norma-norma lainnya,” kata Ketua Panitia Halaqah, Beny Susanto dari Ponpes Sunan Kalijaga, Selasa (25/10/2016).
Diskusi yang akan dimulai pukul 12.00 WIB ini, kata dia, setidaknya menjadi sebuah upaya mengungkap akar persoalan terjadinya tindakan intoleransi yang memunculkan konflik horizontal di tengah masyarakat serta menggali pemikiran sebagai solusi ke depan.
“DIY selama ini mencitrakan diri sebagai city of tolerance dan sering dianggap sebagai miniatur Indonesia. Sehingga jika tindakan intoleransi yang memicu konflik dan kekerasan di tengah masyarakat dibiarkan terus berlangsung, hal itu akan akan merugikan masyarakat dan meruntuhkan citra DIY itu,” kata putra kedua dari pendiri Ponpes Sunan Kalijaga, KH Abdus Shomad itu.
Pembicara yang diundang dalam diskusi ini antara lain Kapolda DIY Brigjen Pol. Prasta Wahyu Hidayat, mantan presiden Indonesian Conference on Religiond and Peace (ICRP) KH Abdul Muhaimin, KH Jadul Maula (PB Lesbumi Jakarta) dan Joko Santoso (Wakil Sekretaris Tanfidziyah PWNU DIY).
Acara ini juga mengundang sejumlah wakil dari berbagai elemen masyarakat sebagai peserta, antara lain sejumlah ulama, pendeta, tokoh masyarakat, akademisi, santri dan perwakilan lembaga swadaya masyarakat.