Harianjogja.com, KULONPROGO- Iklim investasi di Kulonprogo dinilai makin meningkat dengan jumlah realisasi investasi yang mencapai nilai Rp1triliun pada 2015 lalu. Meski demikian, tingginya harga tanah menjadi masalah utama yang membuat investor kemudian enggan menanamkan modalnya.
Promosi 12 Pemain BRI Liga 1 Perkuat Timnas Indonesia di Kualifikasi Piala Dunia
Kulonprogo bersiap mengembangkan sektor investasinya selama beberapa waktu terakhir ini, khususnya dengan adanya Kawasan Industri Sentolo (KIS) yang mencapai 73 hektare.
Kepala Badan Penanaman Modal Perizinan Terpadu (BPMPT) Kulonprogo, Agung Kurniawan menyatakan bahwa problem utama pengembangan investasi di Kulonprogo berada di aspek pembebasan lahan.
“Biasanya investor mundur karena harga tanah terlalu tinggi,”ujarnya kepada wartawan saat ditemui seusai Sosialisasi Laporan Kegiatan Penanaman Modal (LKPM) di Wates, pada Selasa (19/4/2016).
Penetapan kawasan tertentu menjadi suatu target pembangunan dan pengembangan menjadikan masyarakat berbondong-bondong menaikkan harga tanah sehingga memberatkan investor.
Akibatnya, investor kemudian membatalkan rencana penanaman modalnya dan kemudian beralih ke daerah lainnya. Padahal, lokasi Kulonprogo yang akan disokong keberadaan bandara New Yogyakarta International Airport (NYIA) menjadi daya tarik tersendiri.
Terlebih lagi, Upah Minimum Kabupaten (UMK) Kulonprogo yang berkisar angka Rp1,2 juta dianggap ramah bagi para pengusaha.
Agung menguraikan bahwa penawaran yang masuk kepada calon investor mengenai harga tanah dari warga sebelumnya mencapai Rp300.000 per meter persegi namun dengan kontur tanah dalam.
Selain itu, adapula warga yang meminta harga tanahnya hingga nominal Rp1 juta per meter persegi. Padahal, ia menyebutkan bahwa harga tanah yangw ajar di kawasan tersebut seharusnya hanya mencapai Rp500.000 per meter persegi.