Harga kebutuhan pokok, terutama beras disebut melambung lantaran ada mafia beras.
Harianjogja.com, JOGJA- Kenaikan harga beras di pasaran saat ini ditengarai akibat ulah mafia beras. Namun, Dinas Perindustrian, Perdagangan, Koperasi dan UKM (Disperindagkop-UKM) dan Badan Urusan Logistik (Bulog) Drive DIY menampik soal itu.
Promosi Dukung Perkembangan Industri Kreatif, BRI Gelar Kompetisi Creator Fest 2024
Kepala Bulog Divre DIY Langgeng Wisnu Adi Nugroho menampik adanya mafia beras yang mempermainkan harga. Menurut dia, kenaikan harga terjadi rutin setiap tahun. Sebab, mulai November hingga Februari merupakan musim 'paceklik'.
"Saya melihat kenaikan harga beras lebih disebabkan faktor hukum ekonomi dan bukan mafia beras. Stok beras di luar Bulog memang terbatas," ujarnya kepada Harianjogja.com, Senin (23/2/2015).
Keterbatasan stok tersebut, katanya, disebabkan saat ini belum memasuki masa panen. Panen raya diperkirakan berlangsung Maret mendatang. Selain faktor tersebut, ada kendala soal distribusi beras di beberapa daerah akibat banjir dan lainnya.
"Hal itu menyebabkan stok beras menjadi terbatas. Panen raya belum mulai. Kalau sudah panen dengan sendirinya harga kembali turun," jelas Langgeng.
Hal senada disampaikan Kepala Bidang Perdagangan Dalam Negeri Disperindagkop UKM DIY Eko Witoyo. Eko membantah kenaikan harga beras disebabkan permainan mafia beras.
"Saya kira tidak ada mafia beras (yang bermain). Sementara harga beras naik karena mekanisme penawaran dan permintaan (tidak imbang). Ini karena panennya merata sehingga stok beras belum stabil," jawabnya.