Esposin, SEMARANG -- Gubernur Jawa Tengah (Jateng), Ganjar Pranowo, menerima hadiah sebilah keris dengan luk 9 dari tokoh budaya sekaligus dosen Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS), Sabar Narimo.
Sabar menyebut keris dengan luk 9 itu sengaja diberikan kepada Ganjar sebagai penghargaan atas gaya kepemimpinannya yang njawani, atau berkarakter dan memahami perilaku yang ada di Jawa.
Promosi UMKM Binaan BRI, Minimizu Bawa Keunikan Dekorasi Alam ke Pameran Kriyanusa 2024
Hal itu diungkapkan Sabar saat memberikan keris kepada Ganjar di ruang kerja Gubernur Jateng, Senin (13/12/2021). Sabar mengatakan dalam memimpin Jateng, Ganjar mempunyai gaya yang kental dengan masyarakat Jawa.
Baca juga: Ganjar Pranowo Merespons Gus Miftah yang Ngamuk di Medsos, Soal Apa?
“Baik dari cara kedekatannya dengan masyarakat cara bicaranya kemudian cara berpakaianya dan macam-macam,” kata Sabar.
Oleh karena itu, Sabar mewakili rekan-rekannya di Sanggar Pasinaon Basa Jawi Sabar Narimo menganugerahkan keris Jawa tersebut kepada Ganjar. Menurut Sabar, keris tersebut dibuat sekitar tahun 1480-an, atau berusia lebih dari 5 abad.
Lebih lanjut, Sabar mengatakan, keris Jawa itu memiliki luk 9. Tangguhnya tuban dan pamornya wengkon isen yang maknanya adalah winengku atau dalam perlindungan. Sedangkan isen berarti memiliki daya kekuatan yang tinggi.
“Maksudnya adalah pak Ganjar selaku gubernur Jawa Tengah mendapatkan sebuah perlindungan, itu yang kira-kira kemudian disampaikan,” ujar Sabar.
Sabar kepada Ganjar juga menjelaskan, filosofi sarung keris berwarna putih melambangkan kesucian dan kesederhanaan Ganjar dalam memimpin Jateng.
Baca juga: Melihat dari Dekat Keris Diponegoro pada Pekan Keris Nusantara di Solo
Gubernur Ganjar Pranowo saat menerima keris tersebut menyampaikan rasa terima kasih kepada Sabar Narimo. Tak hanya itu, Ganjar mengapresiasi semangat Sabar dalam melestarikan budaya Jawa di sanggarnya.
Hal itu sesuai dengan Ganjar yang pernah mengupayakan agar penggunaan bahasa Jawa diterapkan setiap hari Kamis di lingkungan Pemprov Jateng. “Jadi kita bisa menunjukkan kepada publik, lho ngene iki lho awake dewe ki sugih buanget (Ini lo kita punya budaya yang sangat kaya) dan masih ada. Jadi tidak hanya diomongkan tapi juga dikembangkan,” ujar Ganjar.
Di akhir pertemuan, Ganjar dengan hati-hati menjelaskan kepada Sabar bahwa pemberian tersebut harus dikonsultasikannya terlebih dulu. Sebab, pemberian keris tersebut bisa diartikan sebagai gratifikasi.
“Nuwunsewu nanti saya harus konsultasi dulu, lah misalnya ini tidak boleh maka saya akan serahkan ke panjenengan untuk dijaga,” tandasnya.