Energi alternatif dengan memanfaatkan sampah atau biomassa segera dikembangkan.
Harianjogja.com, JOGJA - Dinas Pekerjaan Umum Perumahan dan Energi Sumber Daya Mineral Daerah Istimewa Yogyakarta berencana kembali menggencarkan pengelolaan sumber energi baru terbarukan guna meningkatkan pemenuhan kebutuhan listrik.
Promosi Berkat Pemberdayaan BRI, UMKM Ini Optimalkan Produk Bambu hingga Mancanegara
"Kalau tahun-tahun sebelumnya yang mengelola kabupaten, mulai tahun ini semua kami langsung yang melakukan," kata Kepala Dinas Pekerjaan Umum Perumahan dan Energi Sumber Daya Mineral (PU-ESDM) Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), Rani Syamsinarsi, Minggu (5/4/2015).
Menurut dia, potensi energi baru terbarukan (EBT) yang dapat dikembangkan di DIY, antara lain berupa energi tenaga Surya, air, angin, biomass, serta biogas. Potensi itu cukup besar untuk mendukung target pemanfaatan EBT nasional yang dicanangkan mencapai 23 % pada tahun 2025.
"Untuk mengembangkan itu kami sudah memberikan pembinaan kepada kabupaten/kota. Bahkan kita sudah memberikan contoh desa mandiri energi," kata dia.
Rani mengatakan pengelolaan energi baru terbarukan untuk tahun ini yang paling awal misalnya akan dilakukan di Piyungan Bantul. Di Piyungan terdapat tempat pembuangan akhir (TPA) sampah yang menurut dia memiliki potensi EBT, jenis biomassa cukup besar.
Sebelumnya, kata dia, TPA Piyungan yang menampung sampah dari Sleman, Bantul, dan Kota Yogyakarta itu dikelola oleh tiga daerah tersebut. Namun karena dinilai tidak optimal maka pengelolaan langsung akan diambil oleh Pemda DIY.
Kepala Bidang Energi Sumberdaya Mineral Dinas PU-ESDM DIY, Edi Indrajaya, mengatakan potensi EBT paling besar untuk dikembangkan adalah energi biomassa yang diperkirakan memiliki kapasitas daya mencapai 50 mega watt (MW).
Sementara yang telah dikembangkan dengan skala besar untuk memenuhi sebagian kebutuhan energi listrik di DIY hingga saat ini yakni pembangkit listrik tenaga surya (PLTS), serta Pembangkit Listrik Tenaga Mikro Hidro (PLTMH).
"Energi keduanya dialirkan ke wilayah terpencil yang masih membutuhkan elektrifikasi. Terbanyak dialirkan di Kulonprogo dan Gunungkidul," kata dia.