KULONPROGO—Musim hujan yang bertepatan dengan musim panen pertama awal ini dikhawatirkan mengganggu kualitas padi. Namun, Dinas Pertanian dan Kehutanan Kulonprogo, mengaku siap memberi bantuan mesin pengering (dryer) secara bertahap ke semua kecamatan yang membutuhkan.
Kepala Dinas Pertanian dan Kehutanan Kulonprogo, Bambang Tri Budi Harsono menegaskan, petani tidak perlu khawatir kesulitan mengeringkan gabah selama musim hujan ini. “Kami sudah memiliki program pascapanen, dimana akan mengirim beberapa unit mesin pengering (dryer) kepada petani yang dilakukan secara bertahap,” ungkap Bambang saat dihubungi melalui ponselnya, Rabu (28/12).
Promosi Berbagai Program BRI untuk Mendukung Net Zero Emission di 2050
Menurutnya, saat ini hampir semua kecamatan sudah memiliki dryer meski kapasitas yang dimiliki masih terbatas. Hal itu bisa menjadi strategi bagi petani untuk mengeringkan gabah selama musim hujan ini. Menurutnya, musim mujan saat ini belum mengganggu produktivitas padi di Kulonprogo.
“Untuk wilayah Nanggulan, harga gabah kering panen Rp3.800 perkilogram dan wilayah Selatan Rp3.900 perkilogram. Itu sudah di atas harga dasar pemerintah, yakni Rp3.345 perkilogram,” jelas dia.
Soal target gabah selama musim panen pertama, Bambang menjelaskan, terdapat sekitar 5.500 hingga 6.000 hektare lahan pertanian padi yang saat panen. Lahan pertanian yang panen, lanjut dia, berada di sejumlah kecamatan seperti Kecamatan Kalibawang, Girimulyo, Nanggulan, Galur dan Panjatan. Sayangnya, sampai saat ini Dinas belum menyelesaikan proses pendataan untuk masing-masing kecamatan.
“Rata-rata, setiap kecamatan produksi padinya antara 6,5 sampai 7 ton. Beberapa listing, ada laporan kecamatan yang produksinya mencapai 8 ton. Tapi pendataan ini masih belum selesai,” jelas Bambang.(Harian Jogja/Abdul Hamied Razak)