Kanalsemarang.com, KUDUS-Sejumlah pengrajin pisau di Kabupaten Kudus, Jawa Tengah, mengaku terkena dampak pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat menyusul naiknya sejumlah bahan baku.
Promosi Berkat Pemberdayaan BRI, UMKM Ini Optimalkan Produk Bambu hingga Mancanegara
Menurut Sahri Baedlowi, pengrajin pisau di Desa Hadipolo, Kecamatan Jekulo, Kudus, Kamis, harga bahan baku yang mengalami penaikan adalah baku stainless.
Awalnya, kata dia, harga bahan baku stainless sebesar Rp15.000 per kilogram, kini naik menjadi Rp25.000/kg.
Bahan baku lainnya, yakni aluminium dari harga jual sebelumnya Rp30.000 per kilogram, kini naik menjadi Rp35.000/kg.
Padahal, lanjut dia, bahan baku tersebut merupakan bahan baku utama dalam membuat pisau, terutama stainless.
Untuk aluminium, kata dia, masih bisa diganti dengan kayu. Namun, saat ini harga bahan baku kayu yang dipakai sebagai gagang pisau juga mengalami penaikan.
Sebelum ada kenaikan, lanjut dia, harga per kodi sebesar Rp5.000,00/kg, kini naik menjadi Rp5.500,00/kg.
Meskipun harga bahan bakunya mengalami penaikan, kata dia, hingga kini belum berani menaikkan harga jual produknya karena khawatir pembelinya beralih.
Akibatnya, kata dia, margin keuntungannya juga semakin kecil karena biaya produksinya juga mengalami penaikan.
Beruntung, lanjut dia, stok bahan baku yang dibeli dengan harga lama masih tersedia sehingga kenaikan ongkos produksinya tidak signifikan.
Apabila kenaikan ongkos produksinya makin melonjak, kata dia, tentunya harga jual produknya tentu perlu dipertimbangkan untuk dinaikkan.
"Hanya saja kami masih perlu melihat respons pembeli karena mencari pangsa pasar baru juga tidak mudah," ujarnya.
Pisau hasil produksinya, kata dia, dijual di Kudus, Surabaya, dan Jakarta.