Esposin, SLEMAN -- Dampak kekeringan mulai dirasakan di Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. Kolam budidaya ikan seluas 31 hektare di Sleman mulai kekurangan air dan menyebabkan penurunan produktivitas.
Kepala Dinas Pertanian Pangan dan Perikanan Sleman, Suparmono, menjelaskan berbeda dengan tiga tahun belakangan, musim kemarau kali ini disertai Elnino, sehingga membuat musim kemarau lebih kering ketimbang tahun-tahun sebelumnya.
Promosi Berbagai Program BRI untuk Mendukung Net Zero Emission di 2050
Hal ini mengakibatkan sejumlah kolam perikanan di Sleman mulai kekurangan air. Setidaknya ada 31 hektare kolam budidaya ikan yang mengalami kesulitan untuk mencari air.
“Turi seluas 0,5 hektare kolam kekurangan air, tepatnya di Kalurahan Bangunkerto. Kemudian di Pakem 0,3 hektare tepatnya di Kalurahan Pakembinangun,” ujarnya, Jumat (18/8/2023).
Wilayah lainnya yaitu Minggir seluas 10 hektare, Moyudan 15 hektare, Mlati 2 hektar2, Seyegan 1,2 hektare, Cangkringan 0,5 hektare, dan Ngemplak 1,5 hektare. Banyaknya kolam yang kekurangan air ini berpengaruh pada menurunnya produktivitas ikan.
“produktivitas menurun dibanding kondosi normal,” ujarnya.
Ia belum mendata detail angka penurunan produksi perikanan di Kabupaten Sleman sebagai akibat dari berlangsungnya musim kemarau. Namun diperkirakan dua siklus usaha mulai Mei hingga Oktober 2023 mengalami penurunan produksi mencapai 2.008,5 ton.
“Data prediksi ini tentu masih dinamis bergerak, kalau di puncak kemarau antara Bulan Juli sampai September pengaruh elnino masih tinggi. Dampak lain musim kemarua adalah munculnya serangan hama penyakit ikan yang cukup signifikan,” ungkapnya.
Hal ini terjadi karena perubahan suhu yang cukup drastis pada siang dan malam hari sehingga menyebabkan munculnya bakteri yang akan menyerangikan. Fluktuasi suhu tersebut juga menyebabkan nafsu makan ikan berkurang sehingga antibodi ikan mengalami penurunan.
“Antibodi yang menurun berdampak pada mudahnya ikan terkena serangan penyakit,” kata dia.
Adapun sebagai upaya untuk menanggulangi kekurangan air tersebut, Pemkab Sleman membangun sumur pompa di empat titik.
“Meliputi kelompok Mina Artaa di Sejati Dukuh, Sumberarum, Moyudan; Kelompok Mina Gadung di Gadung, Bangunkerto, Turi; Kelompok Sumber Mina di Batangan, Sumberadi, Mlati; Kelompok Mina Jumbo di Dukuh, Sidokarto, Godean,” paparnya.
Selain itu, beberapa upaya yang bisa dilakukan pembudidaya ikan yaitu dengan pemanfaatan teknologi budidaya nila dengan sistem bioflok. Pada teknologi ini, budidaya ikan mampu menghemat pemakaian air karena menggunakan water close system yang memungkinkan tidak melakukan penggantian air paling tidak selama dua siklus budidaya.
“Kemudian mengganti pola tebar ikan dari ikan bersisik ke budidaya ikan non sisik, seperti lele dan patin. Hal ini disebabkan karena karakteristik ikan non sisik cenderung tidak memerlukan air yang cukup banyak sebagai media hidupnya,” ujarnya