regional
Langganan

DAERAH TERTINGGAL PONOROGO : Menyedihkan, Inilah Desa Tempat Orang-Orang Alami Keterbelakangan Mental Terbanyak di Indonesia - Espos Indonesia dari Solo untuk Indonesia

by Aries Susanto Jibi Solopos  - Espos.id Regional  -  Rabu, 7 Januari 2015 - 16:05 WIB

ESPOS.ID - Warga Ponorogo, Jatim sampai saat ini masih banyak yang menderita down syndrom akibat jerat kemiskinan. (dok.Solopos/JIBI)

Daerah tertinggal Ponorogo memiliki banyak desa yang berpenduduk sangat memprihatinkan. Salah satunya adanya desa dengan jumlah penduduk berstatus keterbelakangan mental atau down syndrom paling banyak di Indonesia.

Madiunpos.com, PONOROGO—Meski Indonesia telah merdeka 69 tahun, namun tak semua warga negeri ini turut menikmati hasil kemerdekaanya.

Advertisement

Di Ponorogo, Jawa Timur, sebuah kabupaten yang berdampingan dengan Kabupaten Pacitan, dan Wonogiri, Jawa Tengah, kemiskinan benar-benar menjadi tragedi yang cukup mengerikan.

Ratusan warga di sebuah desa terpaksa mengalami cacat mental (down syndrom) karena rantai kemiskinan.

Desa tersebut ialah di Desa Sidoharjo, Kecamatan Jambon. Di desa ini, sekitar 300 orang mengalami keterbelakangan mental.

Advertisement

Desa selanjutnya ialah Desa Karangpatihan, Kecamatan Balong. Di desa ini sekitar 69 orang tercatat mengalami keterbelakangan mental.

Desa Pandak, Kecamatan Balong menempati urutan ketiga dari desa dengan jumlah penduduk berstatus keterbelakangan mental. Di desa ini, sedikitnya 50-an orang mengalami keterbelakangan mental.

Di antara tiga wilayah itu, Desa Sidoharjo memang tercatat paling banyak memiliki warga yang tumbuh tidak normal.

Advertisement

Daerah yang memiliki banyak warga down syndrome memang hampir memiliki tipikal sama; sama-sama berada di lereng gunung, tanah berkapur yang sulit ditanami, terpencil, akses transportasi sulit, makanan sehari-hari tiwul, miskin, dan berpendidikan rendah.

Pekerjaan mayoritas warganya juga sama: buruh tani.

Lantaran berada di lereng pegunungan, mengaksesnya pun tidak mudah. Setidaknya, dibutuhkan minimal satu hingga dua jam perjalanan dari pusat Kota Ponorogo dengan menggunakan kendaraan roda empat.

Tiga wilayah tersebut juga memiliki ciri khas lain, yakni hanya memiliki satu akses jalan masuk, lantaran sisi-sisi jalannya tertutup oleh perbukitan dan hutan.

Semoga, akses jalan yang sulit bukanlah sebuah alasan para pemimpin negeri ini untuk serius melepaskan mereka dari mata rantai kemizkinan yang mengerikan itu?

Advertisement
Aries Susanto - Jurnalis Solopos Media Group, menulis konten di media cetak dan media online.
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif