Cuaca ekstrem berdampak pada produksi pertanian Gunungkidul
Harianjogja.com, GUNUNGKIDUL—Tingginya curah hujan di wilayah Kabupaten Gununungkidul di keluhkan sebagian petani padi. Pasalnya gabah yang telah dipanen tidak maksimal dalam pengeringannya, sehingga menyebabkan padi tumbuh sebelum kering.
Promosi Kisah Perempuan Hebat Agen BRILink Dorong Literasi Keuangan di Medan
Sebagian petani di Gunungkidul mulai mengeringkan hasil gabah panen di halaman rumah mereka. Salah satunya adalah petani Desa Playen, Kecamatan Playen, Tumiran yang mengaku kesulitan dalam pengeringan lantaran cuaca tak menentu dalam beberapa hari terakhir.
Dia mengatakan gabah yang dipanennya sepekan lalu sampai sekarang belum bisa kering karena hujan turun sepanjang sepekan terakhir. "Hujan sering turun dan cuaca sering mendung mulai pukul 11 siang sampai sekarang tidak kering," katanya, Rabu (8/3/2017).
Padahal dia memiliki 100 karung gabah hasil panen dari sawah seluas satu hektare miliknya. Namun saat ini baru separuhnya yang bisa dikeringkan, dan hampir satu karung gabah sudah tumbuh. Sisanya masih kondisi lembab, jika gabah tidak cepat dikeringkan, akan cepat berjamur dan jika digiling akan menjadi bubuk.
Dirinya mengaku setiap menjemur gabah di halaman rumah, baru sebentar dijemur harus kembali mengakut gabah ke dalam rumah agar tidak kehujanan. Hal ini membuat dirinya dan puluhan petani lainnya resah.
"Kalau cuaca bagus, gabah bisa kering, namun dengan kodisi saat ini gabah baru bisa kering selama tiga sampai lima hari," sebutnya.
Menurutnya, jika gabah sulit dikeringkan maka kualitasnya akan menurun. Berdasarkan pengalamannya, jika gabah tidak cepat dikeringkan, akan cepat tumbuh kembali dan tidak bisa digiling. Padahal dirinya biasa menjual hasil panen dengan wujud beras.
Untuk itu nantinya gabah miliknya akan disortir jika terdapat yang sudah tumbuh. Dan sejumlah gabah yang sudah tumbuh tersebut nantinya akan digunakan sebagai makan ternak.
Hal serupa dikatakan petani lainnya, Suwito. Menurut dia, untuk sekrang ini tidak ada cara lain selain mengeringkan dengan terik matahari. Sehingga dia berharap kedepan ada teknologi pengering yang bisa membantu petani mengeringkan gabah saat musim hujan. "Mesin pengering belum ada, karena disini biasa dikeringkan menggunakan sinar matahari," katanya.
Sementara itu, Kepala Bidang Tanaman Pangan, Dinas Pertanian dan Pangan Kabupaten Gunungkidul, Raharjo Yuwono sebelumnya mengatakan cuaca ektrem tak mempengaruhi produktifitas gabah di Gunungkidul. Kata dia produksi padi malah surplus dan meningkat pada kuartal pertama 2017, dengan jumlah produksi 217.145 ton.