Esposin, SEMARANG – Komisi Pemilihan Umum (KPU) Jawa Tengah (Jateng), mencatat sebanyak 80.67% warga telah melakukan pencocokan dan penelitian (coklit) oleh petugas pemutakhiran data pemilih (Pantarlih).
Berkaca dari capaian sebanyak itu, pihaknya optimistis coklit bisa selesai sebelum tahapan penyusunan daftar pemilih sementara (DPS) pada 25 Juli – 11 Agustus 2024.
Promosi Kisah Perempuan Hebat Agen BRILink Dorong Literasi Keuangan di Medan
Ketua KPU Jateng, Handi Tri Ujiono, mengatakan ada 106.746 Pentarlih yang diterjunkan untuk melakukan coklit di setiap kampung, desa hingga tempat-tempat yang terpencil yang tersebar di 35 kabupaten/kota.
Adapun jumlah pemilih di Jawa Tengah yang disasar mencapai 28.513.672 pemilih yang terdiri dari 14.210.128 laki-laki dan 14.303.544 perempuan.
“Per tanggal 8 Juli 2024 pukul 18.00 WIB, sudah mencapai 80.67% [warga Jateng yang dicoklit],” beber Handi kepada Esposin, Rabu (10/7/2024).
Saat disinggung apakah sisa persenan yang belum dicoklit tersebut berada di daerah dengan penduduk tinggi seperti Cilacap dan kepulauan seperti Karimunjawa di Jepara, Handi menampik hal tersebut.
Sebab, pihaknya telah mengintruksikan untuk menyasar lebih dahulu daerah-daerah yang sulit digapai.
“Justru yang terjauh, tersulit, yang lebih dahulu diselesaikan. Karena [sulit tidaknya coklit] sebenarnya soal momentum waktu yang dijadwalkan dengan kebiasaan masyarakat berada dirumah untuk ditemui,” jelasnya.
Kendati demikian, Handi membenarkan bila tahapan coklit memiliki tantangan berbeda-beda di tiap kabupaten/kota.
Seperti halnya peningkatan pencocokan data e-KTP yang paling kentara ada di kota-kota besar.
Terpisah, Penjabat (Pj) Gubernur Jateng, Nana Sudjana, menilai perhelatan Pilkada serentak 2024 cenderung lebih rawan ketimbang pemilihan presiden (Pilpres) kemarin.
Oleh karena itu, sebagai upaya mengantisipasi kerawanan-kerawanan yang ada, pihaknya melakukan langkah-langkah dengan terus berkoordinasi, berkolaborasi, dan bersinergi dengan pihak-pihak berkait.
“Pilkada lebih rawan dari pada Pilpres, karena paslon [pasangan calon] akan berhadapan di satu kabupaten/kota, semakin sedikit paslon akan semakin rawan. Maka kami juga akan berkoordinasi dengan parpol [partai politik], untuk menegaskan ke paslon, supaya mampu mengendalikan partisipan atau konstituennya agar tidak terprovokasi,” pungkas Nana.
Sekadar untuk diketahui, setidaknya ada empat indikator dalam kesuksesan Pilkada.
Meliputi tingginya partisipasi masyarakat, terjaganya iklim kondusif, berjalannya setiap tahapan penyelenggaraan pilkada, dan pelayanan kepada masyarakat tetap berjalan dengan baik.