Esposin, SEMARANG – Pukul 04.00 pagi Dini Nur Kholisah dibangunkan bunyi alarm yang berdering di ponselnya. Tak berselang lama dia memanaskan sepeda motor untuk mengantar seseorang ke Stasiun Poncol Semarang.
Dini begitu dia disapa adalah seorang mahasiswa Universitas Negeri Semarang (Unnes) yang membuka jasa antar jemput. Aktivitas mengantar maupun menjemput pelanggan yang notabene sesama mahasiswa Unnes sudah ia lakoni sejak tahun 2022.
Promosi 3 Tahun Holding UMi BRI, Layani 176 Juta Nasabah Simpanan dan 36,1 Juta Debitur
“Awalnya itu saya menyewakan motor seharia Rp50.000. Terus ada teman saya minta diantar ke Saloka [Tuntang, Kabupaten Semarang] dibayar Rp60.000. Dari situlah saya kepikiran buka jasa anjem [antar jemput],” cerita Dini kepada Esposin, Kamis (22/8/2024).
Alasan mahasiswa jurusan Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran Unnes membuka jasa antar jemput itu tak lain untuk menambah uang jajan sekaligus mengisi waktu luang. Apalagi jadwal kuliah Dini saat ini mulai longgar karena tinggal menyelesaikan skripsi.
Cara Dini menawarkan jasa antar jemput dilakukan secara online melalui media sosial X, dulu Twitter, dan Instagram. Apabila mahasiswa Unnes ingin menggunakan jasanya cukup menghubungi melalui nomor WhatsApp (WA). Dalam sekejap, Dian akan mendatangi alamat yang dibagikan pemesan.
“Dulu anjem masih sedikit yang sudah banyak jastip [jasa titip] . Anjem mulai ramai di Unnes tahun 2023. Sekarang udah ada ratusan mahasiswa yang membuka anjem dan persaingan semakin ketat,” imbuhnya.
Dia mengaku mematok tarif antar jemput bukan berdasarkan kilometer atau jarak tempuh. Tetapi seberapa sulit medan yang dilewati. Kebetulan kontur jalanan di sekitar Unnes memang menanjak dan menurun.
“Saya ready 24 jam. Saya pernah antar seseorang jam 1-2 dinihari. Kalau besaran biayanya tergantung medan. Misal sekitaran Unnes saya patok tarif Rp5.000, ke Stasiun Poncol Rp20.000, Stasiun Tawang Rp25.000, dan Simpang Lima Rp21.000," tuturnya.
Berkat pekerjaan sampingan sebagai penyedia jasa antar jemput, Dini mengaku bisa mengantongi uang sekitar Rp3-4 juta per bulan.
“Paling ramai itu ketika arus balik mahasiswa Unnes. Seharian saya bisa bolak-balik ke Stasiun Poncol sebanyak 10 kali dan dapat uang Rp400.000," akunya.
Meskipun hampir sebagian aktivitasnya dilakukan di jalan, Dini justru mengaku menikmati pekerjaannya sebagai penyedia jasa antar jemput. Selain dapat uang tambahan, dirinya juga banyak mendapat relasi pertemanan dari bisnis itu.
“Sebisa mungkin saat di jalan ada interaksi dan bikin nyaman pelanggan. Bahkan dari awalnya kenal dari anjem, ada beberapa pelanggan yang jadi sahabat dekat atau bestie,” tandasnya.