Esposin, NGAWI – Bupati Ngawi Ony Anwar Harsono angkat bicara soal sejumlah sekolah di Kabupaten Ngawi yang memungut sumbangan atau iuran kepada siswa untuk mendukung kegiatan Ngawi Specta Carnival (NSC) 2024. Menurutnya, NSC diselenggarakan untuk menarik wisatawan dengan biaya seminim mungkin, namun makna dan tujuan kegiatan bisa tersampaikan dengan baik.
Hal itu diungkapkan Bupati Ngawi usai mengahadiri acara pelantikan dan sumpah janji jabatan 45 anggota DPRD Kabupaten Ngawi di Pendopo Wedya Graha, Senin (26/08/2024). Bupati berharap karnaval yang diselenggarakan dengan tujuan untuk memperkenalkan budaya dan potensi Ngawi itu tidak tercoreng dengan adanya pungutan yang memberatkan masyarakat.
Promosi 3 Tahun Holding UMi BRI, Layani 176 Juta Nasabah Simpanan dan 36,1 Juta Debitur
“Kita sinergikan dengan sekolah-sekolah, perusahaan-perusahaan dengan CSR [corporate social responsibility]-nya dengan kolaborasi itu diharapkan sekolah tidak terlalu tinggi mengeluarkan costnya. Jadi tujuanya dapat dan bisa efisien,” katanya kepada Esposin, Senin.
Ony tidak memungkiri kegiatan itu dijadikan ajang unjuk gigi dan persaingan antar-sekolah. Hal itu sah saja dilakukan, asal tidak memberatkan wali murid dan bisa dipertanggung jawabkan penggunaan anggarannya.
“Memang ada beberapa sekolah yang mempunyai ide gagasan dan kreativitas yang memerlukan pembiayaan, karena ingin tampil untuk menyemarakkan. Akhirnya beradu ide gagasan. Selama itu bisa dikomunikasikan dengan baik dengan stakeholder terkait dan bisa dipertanggung jawabkan tidak masalah,” imbuhnya.
Diberitakan sebelumnya, kepesertaan pihak sekolah dalan kegiatan Ngawi Specta Carnival 2024 itu ternyata tidak didukung dengan pendanaan dari lembaga terkait. Sehingga pihak sekolah memungut sumbangan atau iuran kepada siswa untuk mendukung kegiatan tersebut.
Salah satu sekolah yang melakukan pungutan kepada siswa untuk kegiatan karnaval tersebut adalah SMA Negeri 1 Ngawi. Temuan Esposin, sekolah negeri ini memungut iuran senilai Rp150.000 kepada siswanya untuk mendukung kegiatan karnaval tersebut.
Hal itu diugkapkan oleh salah satu wali murid SMAN 1 Ngawi berinisial IDS. Dia mengaku keberatan dengan iuran tersebut. Anaknya diwajibkan membayar Rp150.000 untuk mendukung jalannya kepesertaan sekolah dalam karnaval itu. Dalam kegiatan bertajuk ‘Wujud Budaya Ngawi Negeri Pangan Berkelanjutan’ itu, anaknya tidak ikut menjadi tim yang tampil.
“Kalau bayarnya wajib, awalnya Rp180.000 akhirnya disamakan tahun kemarin Rp150.000, karena ada beberapa wali murid yang protes menurut keterangan anak saya,” ungkapnya kepada Esposin, Rabu (21/8/2024).
Hal senada juga dikatakan wali murid SMAN 1 Ngawi lainnya, Paimo. Dia mengatakan anaknya didapuk sebagai maskot sekolah untuk kegiatan karnaval tersebut. Selain dibebani untuk sewa kostum karnaval, dia juga dibebani iuran senilai Rp150.000.
“Anak saya jadi maskot SMA 1 untuk karnaval, selain harus biaya untuk sewa kostum, akomodasi untuk berangkat ke Jember untuk fetting baju ke Jember, juga masih bayar iuran wajib [Rp150.000],” kata dia, Rabu (21/8/2024).