Bencana Gunung Merapi masih mengancam warga Sleman
Harianjogja.com, SLEMAN- Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Sleman memperkirakan, material Merapi saat ini masih tersisa 40 juta meter kubik sehingga potensi banjir lahar hujan masih cukup mengancam.
Promosi BRI Dampingi Petani Jeruk Semboro di Jember Terapkan Pertanian Berkelanjutan
"Kita siagakan 13 EWS [early warning system] untuk memantau. Selain itu juga ada dua kamera CCTV di perbatasan Turgo-Kemiri dan Kali Tengah," kata Kabid Kesiapsiagaan Bencana BPBD Sleman, Heru Saptono, Kamis (19/11/2015).
13 EWS dipasang di Kali Boyong tepatnya di Dusun Turgo, Kemiri, dan Pulowatu. Kali Gendol di Dusun Tangkisan, Kali Tengah Lor, Srunen, Bronggang, dan Jambon. Sementara untuk Kali Opak dipasang di Dusun Kuwang, Argomulyo.
Ia mengatakan, hujan lebat yang berpotensi mengakibatkan banjir lahar adalah dengan curah hujan di atas 30 milimeter per jam. Adapun titik rawan banjir lahar dingin seperti di Desa Purwobinangun, Pakem; Argomulyo, Cangkringan; dan Sindumartani, Ngemplak.
Butuh Dukungan Sarpras
Koordinator relawan Saluran Komunikasi Sosial Bersama (SKSB) Kepuharjo, Supriyadi mengatakan guna meningkatkan kewaspadaan dini akibat hujan deras, pihaknya rutin melakukan pemantauan dengan melihat situasi dan kondisi di lapangan.
Seperti saat mendung, relawan memantau titik rawan banjir lahar dingin dan menginformasikan pada penambang untuk segera naik.
SKSB memiliki sarana dan prasarana (sarpras) seperti senter dan radio. "Pengadaannya kini dilakukan secara mandiri karena senter bantuan pemerintah kondisinya sudah rusak," kata dia.
Menurutnya sarpras yang masih perlu ditingkatkan adalah lampur sorot untuk titik-titik rawan. Seperti di Jembatan Kepuharjo yang tidak ada penerangan sehingga kondisinya pada malam hari sangat gelap.