Promosi Berbagai Program BRI untuk Mendukung Net Zero Emission di 2050
Madiunpos.com, PONOROGO – Ilham Firdausi memiliki pengalaman cukup menegangkan saat melakukan perjalanan panjang Ponorogo-Jakarta beberapa waktu lalu. Perjalanan yang membuatnya masih terngiang itu, ia tempuh seorang diri tanpa teman.
Suatu malam, sekitar pukul 23.00 WIB, pemuda 28 tahun ini melintasi bukit golf Kota Sentul, Bantar Gebang, Bekasi. Di sepanjang jalan raya yang sepi dan penuh lubang itu, Ilham dikejutkan oleh rombongan pengendara motor trondol. Rombongan itu bergerak pelan di jalan yang sama dan searah dengannya. Ilham masih ingat, jumlah rombongan bersenjata itu enam orang.
Ilham mulai waswas dan sadar dalam posisi bahaya. Ia lirik gerombolan itu berwajah garang. Pengendara paling depan membawa senjata rantai. Sementara, pengendara paling belakang bersenjatakan pistol yang terselip di pinggangnya. Ilham mulai berpikir macam-macam. Terbayang olehnya rombongan pengendara bersenjata itu mencegat dan membegalnya.
“Apalagi, saat Itu saya pertama kali touring dan sendirian,” kata lelaki yang juga pegiat Ponorogo Beat Club (POBEC) itu saat ditemui Madiunpos.com di kediamannya Jl. Lawu, Ponorogo, Selasa (3/3/2015).
Dalam posisi yang terjepit itu, Ilham mencoba menenangkan diri sambil tetap konsentrasi memacu kendaraanya. Setelah hatinya tenang dan rileks, ia pun perlahan memacu gasnya untuk menyalip rombongan bersenjata itu. Tentu saja, dalam hatinya tak henti merapal doa keselamatan. Agar tak menimbulkan reaksi dari rombongan, Ilham lantas menyapa pengendara paling belakang yang bersenjata pistol api itu dengan sapaan persahabatan.
Jurus Ilham rupanya ampuh. Rombongan pengendara bersenjata itu tak terusik dengan kendaraannya yang meluncur lebih kencang dan menyalipnya. Pikiran macam-macam Ilham sirna untuk sementara.
Ilham sadar telah bertindak sembrono dengan menempuh perjalanan panjang malam hari seorang diri. Sukses menyalip rombongan pengendara tanpa begal, ia pun langsung memacu kendaraannya kencang-kencang untuk menjauh dari rombongan itu. Begitu sampai di sebuah warung yang ramai, Ilham langsung menepi dan menarik napas panjang.
Sejak itulah, Ilham mulai berpikir seribu kali jika ingin melakukan perjalanan panjang malam hari tanpa kawan. Ia berpikir keselamatan di jalan raya bukan sekadar urusan kemahiran mengemudi, melainkan juga kemahiran membaca situasi agar tak menjadi korban begal di jalanan. (Rio Wicaksono/JIBI/Solopos)