Harianjogja.com, JOGJA—Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) yang tumbuh di DIY menjadi napas dan roda penggerak perekonomian di DIY. Bank Indonesia pun memiliki tanggung jawab untuk mendampingi industri yang sifatnya strategis.
Promosi Kisah Perempuan Hebat Agen BRILink Dorong Literasi Keuangan di Medan
Deputi Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia (KPBI) DIY Hilman Tisnawan mengatakan, usaha yang didampingi oleh BI merupakan usaha di bidang industri strategis yakni bidang memiliki pengaruh besar terhadap kondisi perekonomian.
Ia mencontohkan, saat inflasi yang terjadi disebabkan oleh bawang merah, maka BI akan melakukan penyelidikan untuk mencari penyebabnya.
“Dan ternyata, penyebabnya adalah kurangnya pasokan. Lalu, kami menemukan ada petani di Kulonprogo yang ingin mengembangkan budidaya bawang merah, maka sektor itu yang akan kami dampingi,” ujar dia ketika ditemui di KPBI, baru-baru ini.
Hilman menjelaskan, petani tersebut akan didukung sehingga kegiatannya berhasil dan bisa menjadi contoh masyarakat di sekitarnya. Harapannya, produksi bawang merah akan meningkat dan tidak akan menyebabkan tekanan inflasi.
“Setelah berhasil, maka akan kami lepas. Nah, biasanya bank umum akan masuk untuk melanjutkan pendampingan itu,” jelas dia.
Ia mengungkapkan, pendampingan yang dilakukan bank umum biasanya berupa tanggung jawab sosial dari perusahaan. Secara bisnis, bank umum berperan sebagai inkubator.
Namun, sampai pada November 2015, baki debit (Outstanding Loan) UMKM agak mengecewakan karena mengalami penurunan sebesar Rp351 miliar (2,79%) dari Rp12,6 triliun menjadi Rp12,2 triliun.
“Padahal jumlah rekening naik dari 298.744 rekening jadi 321.425 rekening atau meningkat 22.800 rekening [7,59 persen]. Secara bagi debit justru menurun kemungkinan skala usaha yg menurun,” ujar dia.
Ia mengungkapkan, hal itu menjadi perhatian BI untuk mencari tahu penyebab penurunan baki debit. Sementara itu, untuk kredit keseluruhan, sampai November 2015 mengalami kenaikan Rp7,54% dari Rp25,7 triliun menjadi Rp27,7 triliun.