Banjir Jogja yang melanda Rabu (22/4/2015 malam dipastikan bukan karena lahar hujan Merapi
Harianjogja.com, JOGJA-Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPTKG) memastikan banjir yang melanda Jogja Rabu (22/4/2015) bukan lahar hujan.
Promosi Berkat Pemberdayaan BRI, UMKM Ini Optimalkan Produk Bambu hingga Mancanegara
Hal itu diungkapkan Kasi Gunung Merapi Agus Budi Santoso saat ditemui wartawan di ruang kerjanya, Kamis (23/4/2015).
Ia tidak menampik jika hujan tersebut luar biasa dan tercatat curah hujan tertinggi terjadi di Kaliurang yang mencapai 110 mililiter dalam dua jam, Babadan mencapai 75 mililiter, serta Srumbung dengan 45 mililiter dalam kurun waktu yang sama.
“Laporan semalam, hujan hanya menyebabkan terjadinya penambahan volume air, tetapi tidak membawa material [bukan lahar hujan],” ujarnya, Kamis (23/4/2015).
Menurutnya, material endapan erupsi tidak bisa dinilai dari warna, melainkan juga kekentalan serta alirannya.
Lahar hujan, jelas Agus, dapat terjadi jika terdapat abu vulkanik yang berfungsi sebagai pelicin dari material endapan erupsi. “Kalau tidak ada abu bukan lahar hujan,” tegas dia.
Agus menyebutkan, wilayah di Jogja yang berpotensi terlimpas aliran lahar hujan, antara lain, Terban, Gowongan, Bausasran, Kotabaru, Surokarsan, Brontokusuman, dan sebagainya.
Namun, terangnya, tidak semua kawasan terlimpas, melainkan hanya wilayah yang berjarak sekitar 50 meter dari bibir sungai.
Terkait usaha pemerintah mengantisipasi banjir, Agus mengapresiasi upaya yang dilakukan, salah satunya dengan pembangunan talut.
“Sudah ada talut yang dibangun di tepi-tepi sungai sejak 2011, sehingga dampak banjir tahun ini tidak separah sebelumnya,” tandasnya.