by Arif Wahyu Jibi Harian Jogja - Espos.id Jogja - Kamis, 5 September 2013 - 17:29 WIB
ESPOS.ID - ilustrasi (JIBI/Dok)
Harian Jogja.com, KULONPROGO—Kabar peningkatan transaksi jual beli tanah di Desa Palihan, Kecamatan Temon, jelang pembangunan bandara Kulonprogo di wilayah itu ternyata tak benar.
Sejumlah warga di Palihan hingga saat ini justru enggan menjual tanah mereka meski banyak orang dari luar mulai menawar tanah dengan harga menggiurkan.
Kepala Bagian Pemerintahan Desa Palihan, Bintoro, mengungkapkan warganya enggan melepas tanah mereka karena ingin berspekulasi secara mandiri.
"Kalau yang mau beli banyak, tapi warga sini belum mau menjualnya. Warga sudah pintar, mereka memilih menunggu saat bandara jadi, otomatis harga jual tanah jauh lebih tinggi," ujar Bintoro saat ditemui Harian Jogja.com, Rabu (4/9/2013).
Dia menggambarkan, sejak pertengahan 2012 sampai saat ini, sudah lebih dari 30 orang luar datang ke Palihan untuk membeli tanah. Hanya saja hanya terjadi lima transaksi. Itupun transaksi antara warga lokal Palihan.
Bintoro menambahkan, saat ini harga tanah di Palihan bervariasi, dengan harga paling tinggi Rp500.000.
"Tanah seharga Rp500.000 berada di sekitaran Jalan Wates—Purworejo. Untuk tanah yang dekat dengan lokasi calon bandara harganya minimal Rp100.000. Harga itu berdasarkan penawaran pembeli," tandasnya.
Wagiyo, 45, salah satu warga Palihan mengaku masih belum tergiur dengan iming-iming harga yang diberikan calon pembeli saat ini. Dia memilih menunggu mengikuti perkembangan proyek bandara yang dia yakini akan meningkatkan nilai jual tanah dari patokan harga saat ini.
"Pilih nunggu saja, terlebih kebutuhan kami belum begitu mendesak. Jadi jual tanah ya nanti saat bandara sudah jadi," paparnya.