by Ivan Indrakesuma - Espos.id Jateng - Jumat, 30 April 2021 - 13:23 WIB
Esposin, SEMARANG -- Balai Bahasa Provinsi Jawa Tengah (Jateng) mengajak para santri untuk kreatif menulis cerpen. Hal ini diharapkan bisa memperkaya khazanah sastra Indonesia. Terkait hal itu, Balai Bahasa Provinsi Jateng menyelenggarakan Bimbingan Teknis (Bimtek) Penulisan Cerpen di Kalangan Santri di Kabupaten Rembang. Acara digelar di Pesantren Kauman Lasem pada 27—30 April 2021.
Bimtek diikuti 40 santri secara tatap muka dan 100 peserta umum yang mengikuti secara virtual, baik melalui aplikasi Zoom maupun Youtube. Bimbingan teknis selama empat hari menghadirkan narasumber Triyanto Triwikromo, sastrawan yang juga Wapemred koran Suara Merdeka, dan peneliti dari Balai Bahasa Provinsi Jawa Tengah.
Kepala Balai Bahasa Provinsi Jawa Tengah, Ganjar Harimansyah, mengatakan bimtek tersebut digelar untuk mengembangkan kemampuan para santri dalam penulisan kreatif, khususnya cerpen.
Baca Juga: Dapat Aduan Warga Nguter, BBWSBS Turun ke Sungai
“Kemampuan menulis cerpen di kalangan santri ini diharapkan dapat melahirkan karya-karya yang unik, berciri pesantren, dan bisa memperkaya khazanah sastra Indonesia,” kata Ganjar di PP Kauman, Rembang , dalam rilis kepada Esposin, Kamis (29/4/2021).
Ganjar menjelaskan, literasi di kalangan santri diharapkan meningkat ke arah yang lebih kreatif dan modern. “Santri memiliki potensi baca tulis yang sangat besar dan ini perlu dikembangkan terus-menerus,” tambahnya.
Dikatakan, melalui karya puisi, cerpen, atau esai yang dihasilkan, ada misi-misi moderasi khas pesantren yang disampaikan kepada masyarakat. Hal itulah yang nantinya menjadi sumbangsih pesantren kepada bangsa ini, bahkan kepada dunia.
Baca Juga: Hitung-Hitungan Nilai THR Presiden dan Wakil Presiden, Ratusan Juta?
Sementara itu, Gubernur Provinsi Jawa Tengah, Ganjar Pranowo, dalam sambutan pembukaan menyatakan, bila literasi di kalangan santri baik, yang muncul adalah narasi yang baik, bukan hoaks. “Bila para santri memiliki keterampilan menulis, narasi-narasi yang muncul juga narasi yang baik, bukan cerita mengumpat, bukan cerita marah-marah,” tandasnya.
Ganjar Pranowo menjelaskan para santri yang pintar menulis cerpen nantinya dapat menghasilkan banyak cerita tentang moderasi beragama. Mereka bisa menulis cerita relasi-relasi sosial, misalnya cerita relasi antara santri dengan orang Tionghoa di Lasem.
“Kultur yang luar biasa antara Jawa, Arab, Tionghoa sudah menjadi satu. Hal itu bisa dibuat dalam narasi catatan cerpen. Santri juga dapat menggali seni budaya yang ada di sana dengan cerita heritage-nya yang bermacam-macam bentuknya,” tambahnya.