Esposin, JOGJA -- Sebanyak 8.000 warga lanjut usia di Daerah Istimewa Yogyakarta bakal menerima bantuan program pengentasan kemiskinan ekstrem pada 2024. Ribuan warga lansia itu bakal menerima bantuan berupa bahan kebutuhan pokok senilai Rp300.000 setiap bulan.
Program yang menggunakan Dana Keistimewaan DIY tersebut kurang lebih menelan anggaran sebanyak Rp28,8 miliar.
Promosi 3 Tahun Holding UMi BRI, Layani 176 Juta Nasabah Simpanan dan 36,1 Juta Debitur
Kepala Dinas Sosial (Dinsos) DIY, Endang Patmintarsih, menjelaskan sasaran penerima bantuan memang dikhususkan bagi warga lansia lantaran usia harapan hidup (UHH) dari kelompok ini paling tinggi se-Indonesia dengan angka 75,08 tahun.
Sementara jumlah warga miskin ekstrem di wilayah DIY tercatat masih cukup tinggi yakni sebanyak 43.000 atau 1,08% dan didominasi oleh kalangan lansia.
Endang menyebutkan sasaran yang ditetapkan itu merupakan data yang diperoleh dari Pensasaran Percepatan Penghapusan Kemiskinan Ekstrem [P3KE] wilayah setempat.
"[Data] Sasarannya dari Bappeda kabupaten/kota dan provinsi, berjenjang dari bawah semua lapor ke kami dan ditandatangani oleh bupati dan wali kota," kata Endang, Senin (25/9/2023).
Dia menyampaikan saat ini pihaknya masih melakukan rapat koordinasi untuk persiapan penyaluran. Para penerima ini akan mendapatkan bantuan senilai Rp300.000 per bulan dalam bentuk barang.
“Pergub, juknis dan yang lain baru kami siapkan. Teknisnya belum final jadi baru rencana dan pembahasan,” kata dia.
Menurut Endang jumlah penerima bantuan itu memang tidak merata di seluruh kabupaten/kota.
"Paling banyak memang dari Sleman dan Gunungkidul karena ada daerah seperti Kulonprogo yang sudah punya anggaran sendiri untuk pengentasan kemiskinan dengan APBD, jadi supaya tidak dobel maka dia lebih sedikit dari daerah yang lain," ujarnya.
Untuk jenis bantuan berupa barang kebutuhan pokok yang akan disalurkan berikut teknisnya masih dibahas sampai sekarang. Bantuan itu akan mulai disalurkan per Januari 2024 mendatang.
"Rencananya program ini memang berkelanjutan ya dan dievaluasi setiap tahun, misalkan 2024 setahun selesai kami evaluasi untuk 2025. Rencananya memang berkelanjutan dan kita selesaikan sampai kemiskinan ekstrem nol persen," imbuhnya.
Endang menambahkan program ini memang khusus menyasar bagi warga dengan status kemiskinan ekstrem. Penyaluran dan pendataannya dilakukan secermat mungkin agar tidak tumpang tindih dengan penyaluran bantuan program kemiskinan lainnya.
"Memang ada program PKH, BPNT, dan pemberdayaan lain juga ada. Maka secara bersama kita angkat semua jadi tidak ada yang tumpang tindih, maka harus bareng dilaksanakan, kalau dia lansia maka keluarganya yang lain untuk bumil, balita, dan anak sekolah bisa lewat PKH dan satu keluarga itu bisa diangkat," kata dia.