Harianjgja.com, SLEMAN- Dibanding 10 tahun lalu (2006) debit air di Sleman saat ini turun antara 5-10%. Ini disebabkan lahan resapan air di lereng Merapi menyusut dan mata air banyak yang tertimbun material erupsi Merapi.
Promosi 3 Tahun Holding UMi BRI, Layani 176 Juta Nasabah Simpanan dan 36,1 Juta Debitur
Kondisi tersebut sangat terasa ketika terjadi musim kemarau. "Pada 2017 mendatang, dimungkinan terjadi kemarau panjang. Ini akibat musim hujan tahun ini cukup panjang. Jadi perlu diantisipasi," ujarnya, Direktur PDAM Sleman Dwi Nurwata, Minggu (13/11/2016)
PDAM Sleman sendiri optimistis, jika sarana SPAM di Kali Progo selesai dibangun 100% produksi air bersih akan melimpah. Tahun depan pihaknya akan menyambungkan 1.500 sambungan baru.
Untuk memenuhi kebutuhan air bersih saat ini, PDAM Sleman menggunakan air permukaan di Bedog dan Bendowo. Dua mata air di wilayah Kinahrejo, sumur dalam 10 titik, air permukaan dua titik, dan sumur dangkal 15 titik.
"Ini kami lakukan untuk memenuhi target dengan menambah sistem debit air. Kami menaikkan target pelanggan, dari 32.000 menjadi 36.000 pada 2017," katanya.
Sementara itu, Plt Sekda DIY Rani Sjamsinarsi mengatakan sistem Bantar salah satu instalasi SPAM Kartamantul yang akan memanfaatkan aliran Kali Progo. Pembangunan SPAM Regional Kartamantul tersebut adalah solusi masalah utama yang dialami PDAM di DIY. Padahal permintaan dan kebutuhan air bersih terutama untuk warga terus meningkat.