Esposin, TEMANGGUNG - Kementerian Perdagangan mendorong petani menanam cabai untuk menjaga pasokan dan harga cabai di pasar. Inspektur Jenderal (Irjen) Kementerian Perdagangan, Ahmad Lutfi mengatakan Kementerian Perdagangan (Kemendag) juga mendorong petani menjual hasil panen langsung ke pasar.
Harapannya pada setelah panen tidak hanya cabai itu mengalir sampai ke hilir tetapi hulu juga berjalan.
Promosi Kisah Klaster Usaha Telur Asin Abinisa, Omzet Meningkat Berkat Pemberdayaan BRI
"Cabai jangan sampai berhenti di tengah jalan. Ini program yang kita lakukan, artinya dari desa lah representasi negara itu akan kita munculkan, dan dari petanilah mereka akan menjadi devisa yang akan kita lakukan," kata Ahmad Lutfi seusai melakukan panen cabai di Dusun Klumpit, Desa Nampirejo, Kabupaten Temanggung, Jumat (30/8/2024).
Ahmad Lutfi menyampaikan, pemerintah menginginkan cabai tidak hanya tanaman rakyat dan hanya sampai di pasar, tetapi kalau perlu komoditas ini diekspor. Pada kesempatan tersebut dihadiri perwakilan petani dari desa di Kabupaten Temanggung sekitar 650 orang.
"Bisa ekspor ke Belanda dan Amerika, cabai kita siap berjalan ke mana-mana sehingga semboyan petani tidak hanya cabai itu pedas rasanya tetapi mantap harganya sampai manca negara," katanya.
Menurut dia, kalau petani di desa melakukan semua ini, produk pertanian di Temanggung maupun Jawa Tengah akan terangkat dan tidak kalah dengan Jatim dan Jabar.
Ahmad Lutfi menuturkan, masalahnya diharga sering terjadi fluktuasi. Nanti menjadi pemikiran tidak hanya Kementerian Perdagangan tetapi minimal harus mempunyai komitmen dengan Kementerian Pertanian.
Penjabat Bupati Temanggung, Hary Agung Prabowo mengatakan, di Temanggung luas panen cabai tahun ini mencapai 9.342 hektare yang tersebar di 20 kecamatan. Jumlah tersebut terdiri dari 2.802 hektare luas panen cabai sret, 5.402 cabai rawit dan 1.138 untuk cabai besar.
"Untuk produktifitas tanaman cabai di Temanggung ini mencapai 10 ton per hektare," katanya.
Sementara itu, untuk harga cabai jenis sret di tingkat petani Rp 20.000 per kilogram, atau turun dari harga satu bulan terakhir yang menembus Rp60.000 perkilogram. "Harga saat ini dikisaran Rp20.000 perkilogram, dengan harga itu petani masih mendapat keuntungan," ungkapnya.