Esposin, SEMARANG -- Kota Semarang merupakan kota terbesar ke lima setelah Jakarta, Surabaya, Medan, dan Bandung. Di balik hiruk pikuk serta kekayaan bangunan bersejarah dan kulinernya yang menarik, Kota Semarang rupanya memiliki kisah sejarah yang panjang, terutama dalam penamaannya.
Dilansir dari laman Instagram @jenjengsemarang, awalnya Kota Semarang bernama Bergota (Plagota), daerah itu dikuasai Kerajaan Mataram Kuno. Sebelah utara daerah Semarang adalah laut.
Promosi UMKM Binaan BRI, Minimizu Bawa Keunikan Dekorasi Alam ke Pameran Kriyanusa 2024
Menurut ahli geologi Belanda, Van Bemmelen, awalnya bentuk daerah Semarang seperti gugusan pulau-pulau kecil. Garis pantai utara pulau Jawa pada zaman dahulu terletak beberapa kilometer menjorok ke daratan saat ini.
Baca Juga : Ada Legenda di Kawah Sikidang yang Selalu Berpindah
Bahkan daerah Semarang bawah dulu adalah lautan. Namun karena ada pengendapan lumpur terus menerus, akhirnya daerah itu menjadi sebuah daratan. Pada abad ke-15, daratan Semarang sudah sampai ke daerah Sleko saat ini.
Pada saat itu Pelabuhan Semarang telah menjadi Pelabuhan penting, sehingga banyak kapal dagang asing berlabuh disana. Saat itulah banyak orang asing sering berdatangan ke Semarang.
Pendatang kali pertama berasal dari kalangan pedagang Tiongkok yang mulai masuk ke Semarang pada abad ke-15. Setelah itu Portugis dan Belanda masuk pada awal abad ke-16 dan kemudian disusul oleh pedagang dari Malaysia, India, Arab, dan Persia di abad ke-17. Semua pendatang di Semarang mulai membuat permukiman berkelompok sesuai etnis masing-masing.
Pohon Asam
Asal kata Semarang bermula pada akhir abad-15, di mana ada seorang pangeran dari Kesultanan Demak bernama Made Pandan pergi mencari daerah baru untuk menyebarkan ajaran Islam. Sampai akhirnya tiba di daerah Bergota yang menjadi cikal bakal Kota Semarang.Di sana Pangeran Made Pandan dibantu anaknya Raden Pandan Arang mendirikan pesantren. Lama kelamaan, daerah itu tanahnya menjadi semakin subur dan dari situ tumbuhlah pohon asam yang tumbuhnya arang (jarang), lalu pohon itu dinamai sebagai “asem arang.”
Dari pohon asam itulah akhirnya nama daerah itu disebut sebagai ‘Semarang’ yang terdiri dari dua silabel, yaitu ‘Sem’ yang berarti pohon asam dan ‘Rang’ yang merupakan kependekan dari kata Bahasa Jawa untuk jarang yakni ‘Arang’
Baca Juga : Jateng Larang Salat Id Berjemaah di Zona Merah & Oranye
Karena Kota Semarang ini memiliki cerita sejarah yang panjang, tidak heran banyak ditemui peninggalan-peninggalan sejarah. Dilansir dari Detik.com, sebuah prasasti ditemukan di Gunung Ungaran, Kabupaten Semarang.
Prasasti yang ditemukan itu terpahat di sebuah batu andesit. Prasasti itu berada di perbatasan antara Kabupaten Kendal dengan Kabupaten Semarang. Namun masih masuk dalam wilayah Semarangraya. Prasasti itu menggunakan huruf Jawa kuno yang diduga memuat angka 1371 Saka atau sekitar 1451 Masehi.