Kepala Desa Bugel, Sunardi mengatakan, warga Ring I awalnya merupakan korban bencana di sekitar wilayah Kulonprogo. Transmigrasi lokal dilakukan karena mereka bersedia direlokasi dari wilayah rawan bencana tapi tidak ingin jauh ke luar Jogja. Saat itu, wilayah pesisir selatan dinilai cukup menjanjikan. Sekitar 70 KK kemudian mulai menempati Ring I sejak tahun 2002. Warga bekerja sebagai nelayan dan mengolah lahan untuk kegiatan pertanian. Jumlahnya kini sudah bertambah menjadi setidaknya 100 KK. Meski begitu tidak semuanya menetap di Ring I, ada pula yang hanya datang untuk mengelola lahan pertanian.
Promosi Melalui Pemberdayaan, BRI Angkat Potensi Klaster Buah Kelengkeng di Tuban
Awalnya, posisi antara bibir pantai dengan rumah maupun lahan pertanian warga masih sangat jauh. Pemerintah pun tidak memperkirakan jika abrasi akan menjadi separah sekarang. Sunardi mengungkapkan, jarak antara bibir pantai dengan rumah warga Ring I saat ini rata-rata hanya sekitar 50-60 meter. Jarak dengan lahan pertanian bahkan lebih dekat lagi. Kondisi itu semakin mengkhawatirkan karena abrasi masih berlanjut.
“Sebenarnya memang sudah tidak aman dan nyaman untuk ditinggali,” kata Sunardi, Kamis (22/9/2016) lalu.
Paska gelombang tinggi yang mempercepat abrasi pada Juni lalu, Pemdes Bugel telah mengumpulkan warga Ring I. Sunardi memaparkan, warga menyatakan bersedia untuk pindah demi keselamatan. Namun, eksekusinya tidak jelas hingga kini. Hal itu karena Pemkab Kulonprogo hanya bisa memfasilitasi dengan menawarkan program transmigrasi ke luar Jawa karena tidak ada lahan untuk transmigrasi lokal seperti sebelumnya. Namun, mayoritas warga menolak program itu.
Warga lalu disarankan untuk pulang ke tempat asal. Namun, banyak yang keberatan karena mengaku sudah tidak punya rumah dan tidak ingin bergabung dengan keluarga atau kerabat. Pada akhirnya, warga memilih bertahan di Ring I dengan selalu bersikap waspada terhadap ancaman gelombang tinggi dan abrasi.
“Kami sudah ditetapkan sebagai KSB [Kampung Siaga Bencana]. Warga sudah tahu tentang mitigasi bencana. Tapi sebenarnya relokasi itu jauh lebih baik,” ujar Sunardi.