Promosi Didukung BRI, Usaha Pisang Sale Mades di Parigi Sulteng Makin Berkembang
Kepala BPBD Kulonprogo, Gusdi Hartono menyebutkan gelombang tinggi selama sepekan terakhir tidak mengakibatkan kerusakan apapun selain abrasi yang semakin dekat dengan jalan di salah satu titik.
“Abrasi hanya satu saja, sedangkan yang lain masih tergolong biasa saja,”ujarnya. Ia menilai gelombang tinggi yang terjadi kali ini tidak akan separah gelombang pada medio bulan puasa lalu.
Gelombang setinggi empat hingga enam meter yang menerjang selama sepekan terakhir mengakibatkan abrasi di garis Panta Congot, Jangakaran, Temon. Akibatnya, salah satu ruas jalan yang bersisian dengan garis pantai tersebut juga terancam ambrol. Hanya tersisa jarak sekitar 2 meter antara bibir pantai dengan jalan aspal tersebut. Sewaktu-waktu, gelombang yang datang juga menyapu hingga semakin mendekati jalan. Diperkirakan jika kondisi ini berlangsung terus menerus maka ruas jalan tersebut akan ambrol kurang dari sepekan.
Gelombang tinggi juga mengakibatkan sejumlah nelayan terpaksa rehat melaut lagi. Nelayan khawatir tergulung gelombang yang ganas serta tangkapannya yang tak seberapa. Wirya Maryadi, salah satu nelayan di Pantai Glagah mengatakan bahwa biaya yang harus dikeluarkan jika memaksa melaut tak akan tertutupi dengan pemasukan serta resiko yang ditanggung.
“Sementara kerja serabutan saja dulu ataupun jadi buruh sawah sambil menunggu laut normal,” ujarnya.