Harian Jogja.com, BANTUL—Rencana warga Samas membuat muara baru dan menggali pasir hasil sedimen di Sungai Opak untuk mengurangi bencana abrasi di wilayah ini ditolak Pemerintah Desa Tirtohargo, Kecamatan Kretek yang wilayahnya juga dilintasi aliran sungai.
Promosi Kisah Klaster Usaha Telur Asin Abinisa, Omzet Meningkat Berkat Pemberdayaan BRI
Senin (9/9/2013), sejumlah warga Pantai Samas mendatangi Kantor Bupati Bantul, mendesak penanganan bencana abrasi yang beberapa hari lalu menghantam wilayah ini.
Sepanjang tahun ini sudah 12 rumah dan puluhan jiwa yang harus mengungsi akibat rumahnya hancur ditelan abrasi air laut yang bertemu dengan air Sungai Opak.
Ketua Kelompok Nelayan Samas, Mugari, dalam pertemuan itu mengatakan, pembuatan muara dan penggalian sedimen di barat Pantai Samas (masuk wilayah Desa Tirtohargo, Kecamatan Kretek) akan mengurangi kecepatan air menuju ke barat atau Pantai Samas.
Pembuatan muara baru atau disebut kendangan menggunakan alat berat tersebut sudah mendesak dilakukan. “Kalau kami maunya sekarang ini sebelum bulan purnama karena gelombang dan air pasang akan semakin tinggi,” ujarnya.
Namun harapan itu sulit diwujudkan. Kepala Desa Tirtohargo, Karjono mengatakan, pembuatan muara baru dan penggalian sedimen justru bakal membuat genangan air yang akan membanjiri persawahan di sekitar Sungai Opak.
Apalagi sebentar lagi memasuki musim hujan. Desa Tirtohargo, Kretek terletak di sebalah timur Pantai Samas. “Kalau sudah hujan, ratusan hektare lahan akan banjir,” terangnya.
Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Bantul, Dwi Daryanto, mengatakan, pihaknya masih akan membentuk tim teknis untuk mengkaji penanganan abrasi di Pantai Samas.
“Masih dilihat dulu secara teknis, ketinggian airnya berapa kalau dibuat kendangan,” ujarnya.
Sedianya, Pemkab Bantul telah melayangkan surat ke Balai Besar Wilayah Sungai Serayu Opak (BBWS) untuk meminjam dua unit alat berat guna membuat muara baru dan penggalian sedimen.